REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Saat era Abbasiyah, Khalifah al-Mahdi menaruh perhatian besar pada bidang musik. Khalifah secara rutin menggelar acara festival musik dan tari serta mengundang para seniman ternama. Istana khalifah menjadi tempat unjuk keahlian sejumlah pemain flute, penyanyi, dan komposer hebat.
Tak jarang, musisi hebat muncul dari kalangan internal istana. Salah satunya Ibrahim ibnu al-Mahdi. Dia adalah saudara kandung Khalifah Harun al Rasyid. Al Watsiq (842-847), yang mahir memainkan flute dan menggunakan 100 melodi, tercatat sebagai musisi pertama yang menjadi khalifah.
Nama lain dengan bakat luar biasa di bidang sastra dan musik adalah al-Muthasir (861-862) dan al Mu’tazz (866-869). Sedangkan, ahli geografi Ibnu Khurdadzbih mengungkapkan, khalifah yang bisa dianggap sebagai musisi sejati adalah al-Mu’tamid (870-872) sebab sang khalifah sangat mahir dalam seni musik dan tari.
Figur lainnya yang berperan mengembangkan seni musik adalah Ishak ibnu Ibrahim al- Mausuly. Ia meninggal dunia pada 850 Masehi. Kontribusi pentingnya adalah memperbaiki musik Arab dengan sistem baru. Sejarah mengungkapkan, ia yang pertama kali mengenalkan cara pengaturan tempo dan ritme dalam musik.
Pemikirannya dalam seni musik tertuang dalam bukunya yang berjudul Kitabul ilhan Ghanam (Buku Not dan Irama). Ishak ibnu Ibrahim memperoleh julukan Imamul Mughiyah atau Raja Penyanyi. Dia musisi terbesar yang pernah dilahirkan Islam, papar Philip K Hitti.
Selain itu, khazanah musik Islam mengenal Khalil ibnu Ahmad yang meninggal dunia pada 791 Masehi. Ia menuliskan irama musik dengan not balok. Demikian pula al-Farabi, selain dikenal sebagai filsuf dan ahli matematika, ia musisi andal dan sosok hebat dalam teori musik. Karya-karyanya banyak memengaruhi perkembangan ilmu musik Barat.