REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Rasulullah SAW mempunyai halaqah atau majelis di masjid Nabawi untuk menyampaikan ilmu. Majelis yang dimiliki Rasulullah ini berbentuk halakah yakni majelisnya yang berbentuk melingkar seperti lingkaran yang kosong tengahnya.
Menurut Dr H Abdul Majid Khon, dalam bukunya "Hadits Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan," perkembangan bentuk majelis halaqah ini sangat relevan pada era modern sekarang ini. Bentuk majelis yang berhalaqah ini disukai banyak orang karena sesuai dengan fitrah manusia yang mencintai berhadap-hadapan dalam berkomunikasi.
"Lihatlah bentuk kelas yang menerapkan active learning, ruang sidang, ruang diskusi, ruang muzakarah, stadion olahraga, dan lain-lain semuanya perkembangan hanya berbentuk melingkar," katanya.
Abdul Majid mengatakan metode pengajaran yang dilakukan Nabi dalam adalah metode halaqah (lingkaran) jamaah duduk berbentuk melingkar.
Menurutnya berdasarkan beberapa penemuan psikologi mutakhir menunjukkan bahwa cara ini sangat efektif, jika digunakan membahas suatu topik seperti konferensi-konferensi seminar, dan stadion olahraga.
"Sebab dengan bentuk halakah ini setiap peserta merasa setara dengan peserta lain dan semua peserta dapat saling memandang tanpa ada penghalang," katanya.
Dari Abu Waqid al-Laytsiy (al-Harits bin Awf) pada suatu ketika Nabi Muhammad SAW duduk bersama para sahabat di majelis. Kemudian datanglah tiga orang menghadap di majelis beliau setelah berjalan-jalan di sekitarnya. Setelah melihat ada majelis sebagaimana mereka ingin ikuti bergabung dan sebagai lain berpaling. Sebagaimana yang disampaikan Nabi salah satu dari mereka melihat tempat kosong di majelis halaqah..." (HR Muttafaqun Alaih).
Lalu salah satu di antara tiga orang tersebut mengambil tempat terdepan yang masih kosong. Keduanya mengambil tempat di belakangnya dan yang ketiga kembali pulang tidak jadi bergabung. setelah selesai majelis Rasulullah SAW menjelaskan tiga macam orang tersebut dengan didahului pertanyaan yang mengundang penasaran (li al-tasywiq).
"Maukah kalian Saya beritakan tentang tiga orang tersebut?" Tanya Rasullah. Tentunya penjelasan beliau ditunggu para sahabat. Rasulullah menjelaskan tentang tiga orang yang datang di majelis itu. Pertama yang duduk di majelis terdepan Rasulullah menjelaskan. "Adapun salah satu di antara mereka berlindung (mendekat) kepada Allah maka Allah pun memberikan tempat kepadanya."
Salah satu di antara mereka yakni yang mengisi tempat kosong di barisan terdepan dari Allah itu, berlindung kepada Allah artinya bergabung dengan majelis Rasulululah, balasannya Allah pun melindunginya. Perlindungan Allah dimaksudkan dilindungi rahmat dan ridha-Nya. Ini adalah sikap anak didik yang paling baik di majelis ilmu atau di kelas.
Untuk orang yang baru datang yang duduk di belakang itu Rasulullah menjelaskan. "Adapun yang kedua merasa malu, maka Allah pun menghargai malunya."
Abdulah mengatakan, seperti disampaikan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fath al-Bariy (1/157), makna kata malu bagi yang kedua ini menurut al-Qadhi Iyadh, ia malu dari Nabi dan para sahabat yang hadir kalau tidak ikut duduk, Anas menjelaskan dalam periwayatnya orang itu malu kalau pergi dari majelis.
Atau orang kedua ini malu berdasarkan duduk di depan, maka ia duduk di belakangnya. Balasan orang kedua ini, Allah pun selalu diam daripada aku makannya, Allah memberi rahmat dan tidak memberi cuman tetapi tentunya tidak seperti murid yang duduk di barisan depan.
Menurutnya sikap anak murid kedua ini masih dinilai baik, karena masih mau hadir tidak seperti orang yang tidak duduk di halaqah dan memilih pulang. Tentang orang yang berpaling Rasulullah menjelaskan. "Dan yang lain berpaling maka Allah pun berpaling dari padanya."
Sikap orang ketiga sama sekali tidak menghargai ilmu, begitu lewat majelis tidak bergabung duduk di situ kemah tetapi berpaling dan pulang tanpa ada unsur. Sikap anak didik seperti ini balasannya sama dengan perbuatannya. "Allah pun berpaling dari padanya yakni Allah murka kepadanya," katanya.