Kamis 18 Jun 2020 17:03 WIB

Keutamaan Mengingat Kematian

Setiap makhluk di dunia pasti akan menjumpai kematian.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Keutamaan Mengingat Kematian. Foto: Kematian (ilustrasi).
Foto: Dailymail.co.uk
Keutamaan Mengingat Kematian. Foto: Kematian (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap makhluk yang hidup di dunia ini pasti akan menjumpai kematian. Karena itu, dalam Islam dianjurkan untuk selalu mempersiapkan dan mengingat kematian. Dalam Kitab Tanqih al-Qaul, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan hadits-hadits tentang keutamaan mengingat kematian.

Menurut Syekh Nawawi, mengingat kematian memiliki banyak keutamaan, memiliki nilai pahala dan manfaat. Dalam kitabnya ini, Syekh Nawawi mengutip hadits nabi Muhammad Saw. Dalam riwayat Ibnu Dunya, dari Anas dengan sanad dhaif disebutkan,

Baca Juga

“Perbanyaklah ingat kematian, karena mengingat kematian dapat menyucikan dosa dan membentuk sikap zuhud di dunia. Bila kamu semua mengingatnya dalam keadaan kaya maka dapat menghilangkannya, dan bila kamu mengingatnya ketika kafir maka dapat merelakan kehidupanmu.”

Dalam hadits lain, menurut Syekh Nawawi, Nabi Muhammad Saw juga bersabda, “Hendaklah kamu di dunia ini seolah sedang menjadi pengembara, bahkan menjadi orang yang melewati jalan, dan anggapkan kamu sebagai penghuni kubur.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa hadits tersebut berisi anjuran agar selalu bersikap zuhud dan menjauhi dunia, meremehkan urusan duniawi, dan merasa puas hanya memiliki harta demi bekal akhirat.

Selian itu, dalam kitabnya ini Syekh Nawawi juga mengungkapkan hadits yang menjelaskan tentang empat jenis kematian. Namun, Syekh Nawawi tidak menjelaskan sanad dan perawi hadits ini. Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Kematian ada empat; kematian ulama, kematian orang kaya, kematian orang kafir, dan kematian penguasa. Adapun kematian ulama adalah keguncangan agama. Kematian orang kafir adalah peristirahatan, dan kematian penguasa adalah fitnah.”

Kitab Tanqil al-Qaul yang ditulis Syekh Nawawi ini merupakan kitab penjabaran dari kitab Lubab al-Hadits yang disusun Jalaluddin bin Abu Bakar as-Suyuthi. Kendati ada hadits dhaif di dalamnya, tapi dapat digunakan untuk fadhilah amal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement