Kamis 18 Jun 2020 05:30 WIB
Edisi Syawal

Perang Uhud, Ketika Kemenangan Nyaris Berpihak pada Muslimin

Perang Uhud memberi pelajaran berharga bagi umat Muslim.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Perang Uhud, Ketika Kemenangan Nyaris Berpihak pada Muslimin. Suasana di kaki Gunung Uhud, Madinah. Rekahan tak jauh dari kaki gunung itu disebut sebagai tempat berlindung Rasulullah  saat pasukan Muslim terdesak pada Perang Uhud.
Foto:

Pipi Nabi SAW juga terkena lemparan dua potong besi yang berasal dari kaitan baju rantai oleh Abu Qam'ah. Kuatnya lemparan itu membuat besi masuk dan menembus ke bagian dalam pipi beliau. Melihat itu, Hathib bin Abi Balta'ah kemudian mengejar dan membunuh Utbah.

Tidak hanya itu, Abdullah bin Syihab juga melemparkan batu dengan keras ke arah Nabi SAW. Sehingga, dahinya luka parah dan giginya pecah masuk menembus daging bibir beliau. 

Abu Ubaidah bin Jarrah lantas berupaya mencabut dua potong besi dari kaitan baju rantai yang menembus pipi Nabi SAW, namun ketika besi itu dicabut, dua gigi Abu Ubaidah ikut tanggal. Para sahabat berupaya keras melindungi Nabi SAW dari serangan musuh.  

Secara jumlah dan alat perang, pasukan kaum Muslimin memang kalah dibandingkan dengan pasukan musyrikin Quraisy. Di samping itu, kekalahan ini juga disebabkan karena sebagian tentara Muslim menyalahi perintah Nabi SAW sebagai panglima perang.

Awalnya, kemenangan dalam Perang Uhud nyaris berpihak kepada kaum Muslimin. Kawasan Bukit Uhud yang bergunung-gunung memudahkan penyusunan strategi perang yang dilakukan Nabi SAW. Beliau menempatkan 50 orang pemanah andal di lereng-lereng gunung sebagai penyerang utama. Mereka diperintahkan agar tidak meninggalkan posisi mereka.

photo
Jabal ruma adalah bukit yang dipercaya sebagai tempat pasukan pemanah Muslim saat Perang Uhud. Sejumlah orang mengunjungi dan naik ke Bukit atau Jabal Ruma. - (Syahruddin El-Fikri/Republika)

Dengan posisi itu, tentara Islam dapat menyerang pasukan Quraisy dengan mudah. Sebab, tentara kafir berlarian dan meninggalkan banyak harta serta senjata. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab kekalahan kaum Muslim.

Rupanya, hal itu membuat pasukan Muslim lengah. Pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka karena mengira perang telah berakhir. Sementara panglima pasukan berkuda Quraisy, Khalid Al-Walid, memanfaatkan kesempatan dalam kelengahan tentara Islam itu. 

Ia menyusun strategi dan berbalik menyerang pasukan pemanah Islam serta merebut harta yang ditinggalkan. Tentara Quraisy juga menyerang pasukan Islam dari arah belakang.

Akibatnya, pasukan Islam terpukul mundur. Kekalahan pada Perang Uhud ini menjadi pelajaran penting bagi kaum Muslimin agar senantiasa tunduk dan patuh pada perintah pimpinan.

 

Perang Uhud juga mencatat adanya keterlibatan kaum perempuan. Disebutkan, perempuan dari tentara kaum Muslimin ikut berperang dan membantu dalam mengambilkan air minum, menyediakan makanan, serta membuat obat-obatan bagi yang terluka. Di antara mereka adalah Aisyah (istri Nabi SAW), Fathimah (putri Nabi), Shafiyyah (ibu dari Zubair dan saudara Hamzah), Ummu Sulaim (ibu dari Anas). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement