Rabu 10 Jun 2020 05:05 WIB

Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad (2-Habis)

Meski banyak peristiwa perang, Islam adalah agama perdamaian.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad (2-Habis)
Foto: Republika/Mardiah
Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad (2-Habis)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam meski disampaikan secara damai dan lembut tetap tidak bisa menghindari peperangan dengan kaum musyrikin. Ada banyak peristiwa-peristiwa perang di zaman Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Ustadz Ahmad Sarwat dalam buku berjudul Islam Agama Perdamaian menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa perang di zaman Nabi. Meski banyak peristiwa perang, dalam bukunya Ustaz Ahmad menegaskan dan menyimpulkan Islam adalah agama perdamaiannya. Di dalam kitab Sirah Nabawiyah, isinya bertabur dengan banyak kisah-kisah perang.

Baca Juga

Perang Khaibar (7 Hijriyah)

Perang Khaibar terjadi pada tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah SAW berangkat meninggalkan Madinah menuju ke Khaibar di awal bulan Muharam, sepulang dari perjalanan umrah yang terhambat di Hudaibiyah.

Musthafa As-Siba'i dalam kitabnya Sirah Nabawiyah Durus Wa 'Ibar menyebutkan perang ini terjadi pada akhir Muharram 7 Hijriyah. Dinamakan perang Khaibar karena terjadinya di suatu daerah milik Yahudi bernama Khaibar, berjarak 160 kilometer di utara Madinah yang merupakan tanah subur penghasil kurma terbaik di dunia.

Perang Mu'tah (8 Hijriyah)

Perang Mu'tah terjadi di suatu tempat yang bernama Mu'tah. Yakni suatu desa di sebelah tenggara Laut Mati, di arah perjalanan ke negeri Syam. Saat ini tempat tersebut bernama Kurk. Perang ini juga menjadi tonggak pertama kali di mana pasukan Muslim bergerak jauh untuk perang ke luar batas jazirah Arab.

Perang Mu'tah terjadi pada bulan Jumadil Awal 8 Hijriyah. Beberapa bulan sebelum terjadi peristiwa pembebasan Kota Makkah di bulan Ramadhan tahun itu.

Penguasa Bushra merupakan bawahan Kaisar Heraklius. Penyebab perang Mu'tah karena dibunuhnya utusan yang membawa surat dari Nabi Muhammad SAW kepada para penguasa Bushra. Melalui surat itu Nabi mengajak penguasa Bushra memeluk Islam.

Seharusnya utusan pembawa pesan tidak boleh dibunuh. Namun, Al-Harits bin Umair Al-Azdi sang pembawa surat Nabi itu dipenggal kepalanya oleh Syarhabil bin Amr Al-Ghassani. Sebuah kesalahan besar yang mereka lakukan.

Dibunuhnya pembawa surat mengakibatkan perang besar. Rasulullah SAW mengirimkan 3.000 pasukan dipimpin oleh Zaid Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah Ridwanullahi 'alaihim jami'an. Ketiganya mati syahid dalam perang itu.

Kepemimpinan kemudian berganti kepada Khalid bin Walid, yang baru saja masuk Islam. Pada perang ini, di pihak orang kafir Arab yang dibantu kerajaan Romawi, jumlah pasukannya mencapai angka yang sangat fantastis, yakni 200 ribu pasukan. Bila pasukan Muslim hanya berjumlah 3.000 orang, maka perbandingannya adalah 1 orang melawan 66 orang. Sebuah perbandingan yang tidak masuk akal.

Perang Hunain (8 Hijriyah)

Perang Hunain ini terjadi ketika Rasululah SAW masih di Mekkah saat membebaskannya di bulan Ramadhan 8 Hijriyah. Perang ini terjadi sekitar dua pekan setelah penaklukan Mekkah atau empat pekan setelah Nabi meninggalkan Madinah.

Sebanyak 12 ribu orang pasukan Muslimin tidak berangkat dari Madinah, justru bergerak dari Mekkah pada 5 Syawal kemudian tiba di Hunain pada 10 Syawal 8 Hijriyah di sore hari. Lawan yang dihadapi pada perang Hunain ini adalah kaum Tsaqif dan Hawazin.

Perang Tabuk (9 Hijriyah)

Perang Tabuk sebenarnya merupakan sambungan dari perang sebelumnya yaitu perang Mu'tah. Rasulullah SAW mendengar kabar bahwa Bizantium dan sekutu Ghassaniyah telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40 ribu sampai 100 ribu orang.

Di lain pihak, Kaisar Romawi Heraklius menganggap kekuasaan kaum Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat. Maka daerah Arab harus segera ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat menimbulkan masalah bagi Bizantium.

Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Rasulullah melakukan aksi preventif dan menyiapkan pasukan yang terdiri dari 70 ribu orang. Ini adalah jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam. Maka pada bulan Rajab 9 Hijriyah, Nabi memaklumatkan perang Tabuk. Enam bulan setelah peristiwa pengepungan Taif.

Meski banyak peristiwa perang di zaman Nabi, Ustaz Ahmad menegaskan, bukan berarti intisari kehidupan Rasulullah SAW hanya soal perang saja.

Baca juga: Peristiwa Perang Penting di Zaman Nabi Muhammad (1)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement