Selasa 26 May 2020 02:10 WIB

Nilai Strategis Area Suriah Menurut Pandangan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memandang Surih dan sekitarnya mempunyai nilai strategis.

Burung merpati terbang di Alun-Alun Marjeh di Damaskus, Suriah, Sabtu, 27 Februari 2016.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Burung merpati terbang di Alun-Alun Marjeh di Damaskus, Suriah, Sabtu, 27 Februari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, Suriah, juga merupakan kawasan yang memiliki  posisi penting di hati Rasulullah SAW. Inilah, mengapa, ungkap Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Civilization, penaklukkan wilayah ini berlangsung selama Rasul masih hidup pada 629 M, antara lain, melalui Perang Mu'tah.

Pembebasan Suriah dan Damaskus sesungguhnya tidak terlepas dari ambisi Romawi untuk merampas wilayah Islam sekaligus karena kekejaman orang-orang Kaisar Heraklius. Di antara kekejamannya adalah penangkapan dan pembunuhan terhadap utusan Rasulullah.

Baca Juga

Perang Mu'tah adalah perang pertama antara Islam dan Romawi. Perang ini memiliki nilai sangat stragtegis dan politis bagi umat Islam dan Bangsa Arab karena untuk kali pertama dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya.

Perang ini merupakan pintu gerbang menuju penaklukan ke negeri Kristen. Mu'tah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina yang pada masa itu, termasuk wilayah Syam atau Suriah.

Perang Mu'tah bermula dari pembunuhan utusan yang dikirim Rasulullah kepada penguasa Bushra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap dan dibawa ke hadapan kaisar kemudian kepalanya dipenggal. Tindakan ini merupakan suatu pelecehan sekaligus pelanggaran berat karena menyalahi aturan politik Internasional. Selain itu, 15 orang sahabat Rasulullah juga dibunuh di Dzat Talh.

Rasulullah kemudian mempersiapan pasukan yang terdiri atas 3.000 prajurit untuk menghadapi kekuatan Romawi yang berjumlah 200 ribu orang. Kepada pasukannya, Rasulullah berpesan "Berperanglah kalian atas nama Allah, di jalan Allah, melawan orang-orang yang mengingkari Allah."

Jangan berkhianat; jangan mencincang; jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang yang sudah tua renta, orang yang menyendiri di biara Nasrani; jangan menebang pohon kurma dan pohon apa pun; dan jangan merobohkan bangunan. Rasulullah pun menegaskan puncak dari agama adalah jihad.

Dalam peperangan tersebut, pasukan Muslim yang dipimpin panglima Khalid bin Walid mampu mengalahkan pasukan Bizantium. Sejak itulah, Suriah bagian selatan menjadi bagian dari wilayah Islam. Sedangkan, pembebasan Damaskus sesungguhnya baru dimulai pada 634 M di bawah perintah Khalifah Abu Bakar As Sidiq dan Umar Bin Khattab. Pada masa ini, Islamisasi wilayah Suriah mencapai puncaknya. 

Setelah Damaskus menyerah kepada Islam, keamanan nyawa, harta, dan gereja penduduk Damaskus dijamin oleh penguasa baru tersebut dengan syarat mereka mau membayar pajak (jizyah). Setelah itu, kaisar Heraklius dari Bizantium sempat melakukan serangan balik yang membuat kaum Muslimin mundur dari Yerussalem dan Damaskus untuk beberapa saat.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement