REPUBLIKA.CO.ID, Sholat adalah keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah SAW dan umatnya. Demikian istimewanya, hingga proses turunnya perintah sholat diawali dengan peristiwa Isra Miraj. Allah SWT langsung "mengundang" Rasulullah SAW ke langit.
Nilai strategis dan keistimewaan sholat sudah tidak terbantahkan lagi, sebagaiman kisah detik-detik pembunuhan Umar bin Khatab. Menjelang shubuh, Khalifah Umar bin Khattab berkeliling kota membangunkan kaum Muslimin untuk sholat shubuh. Ketika waktu sholat tiba, dia sendiri yang mengatur shaf-shaf sholat dan mengimami para jamaah.
Pada shubuh itu tragedi besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ikhram, tiba-tiba seorang lelaki bernama Abu Lu'luah menikamkan sebilah pisau ke bahu, pinggang, dan ke bawah pusar beliau. Darahpun menyembur. Namun, Khalifah yang berjuluk "Singa Padang Pasir" ini tidak bergeming dari kekhusyukannya memimpin sholat.
Padahal waktu sholat masih bisa ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ia ambruk juga. Walau demikian, beliau masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin 'Auf untuk menggantikannya sebagai imam.
Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Khalifah Umar bin Khathab. Para sahabat yang mengelilinginya demikian cemas akan keselamatan Khalifah. Salah seorang di antara mereka berkata, "Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bisa menyadarkannya selain kata-kata sholat!" Lalu yang hadir serentak berkata, "Sholat wahai Amirul Mukminin. Sholat telah hampir dilaksanakan."
Beliau langsung tersadar, "Sholat? Kalau demikian di sanalah Allah. Tiada keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan sholat." Maka beliau melaksanakan sholat dengan darah bercucuran. Subhanallah!
Kisah ini diambil dari buku Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT karya Dr Quraish Shihab (Lentera Hati, 2002). Ada teladan menarik yang diperlihatkan Umar bin Khathab dalam kisah ini, yaitu kecintaan dan perhatian beliau terhadap sholat.
Baginya, tiada yang terindah dalam hidup selain menghadap Allah SWT. Dunia begitu kecil di hadapannya. Kenikmatan berkomunikasi dengan Dzat yang Maha Mencinta, mampu mengalahkan sakitnya tusukan pisau yang tajam. Tak heran bila demi sekali sholat (di masjid dan berjamaah), Umar pun rela menukarnya dengan harta yang ia miliki.
Ada sebuah kisah berkait dengan hal ini. Suatu hari Umar mengunjungi kebunnya. Ia begitu menikmati kicauan burung yang beterbangan di antara pepohonan. Saking asiknya, ia harus ketinggalan rakaat pertama saat berjamaah di masjid. Umar begitu menyesal, hingga ia menghibahkan kebun yang telah melalaikannya tersebut pada baitul mal milik negara.