Selasa 07 Apr 2020 11:35 WIB

Ghouta, Pangkalan Kaum Muslimin yang Diramalkan Nabi

Ghuttah adalah salah satu dari empat taman di dunia

Red: A.Syalaby
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Ghouta atau Ghuttah merupakan kota bersejarah. Tempat ini sempat disebut Rasulullah SAW dalam sebuah hadis. Dalam Sunan Abu Dawud no. 4298, dari Abu Darda' menjelaskan, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya saat terjadinya perang yang agung pangkalan pasukan kaum Muslimin berada di daerah Ghuttah, sebuah daerah di pinggiran Madinah yang dikenal dengan nama Damaskus. Salah satu kota terbaik di negeri Syam."

Di dalam Atlas Hadits karangan Dr Syauqi Abu Khalil, al- Ghuttah disebutkan sebagai kum pulan tanaman, ngarai di dataran rendah. Ini adalah sebuah wilayah di Damaskus. Di dalamnya terdapat sungai-sungai dan pepohonan berbuah ranum. Paya, rawa, dan perkebunan yang bersih dan pemandangan yang indah.

Ada yang berpendapat Ghuttah adalah salah satu dari empat taman di dunia, yakni ash-Shu ghad, Ebola, jalan bukit Bawwan dan Ghuttah.  Ghuttah disebut sebagai daerah subur beririgasi dengan ketinggian 730 m di atas permukaan laut.

Daerah itu dilalui oleh Sungai Barad yang mencukupi keperluan airnya selama ribuan tahun. Selain Ghuttah, Rasulullah SAW juga mengungkap Damaskus dalam nubuwatnya. Kota ini terletak di bagian barat daya Suriah. Damaskus terletak di oasis suatu dataran setengah gersang. Bukan tanpa alasan Nabi SAW mengungkap jika Damaskus merupakan kota terbaik di dunia.

Salah satu kota dengan peradaban tertua di dunia ini dibangun 3.000 tahun SM. Kota ini menjadi pusat kebudayaan, pendidikan, ekonomi, perdagangan, dan poli tik Suriah. Damaskus pun men jadi pusat perdagangan penting di antara negara-negara Arab ba gian timur. Sebelum Islam masuk, Damaskus menjadi kota penting sebagai ibu kota dan pusat kebudayaan atau bagian dari berbagai kerajaan seperti Assyria, Yunani, Romawi, hingga Bizantium. Pada 661-750, Da mas kus menjadi ibu kota pemerintahan Dinasti Umayyah, generasi sahabat yang sempat menjabat sebagai gubernur Suriah.

Pada masa Muawiyah, penduduk Suriah pada umumnya memeluk Islam dan mendapat pelajaran agama Islam dari saha bat-sahabat Nabi SAW. Mereka datang dari Madinah. Mereka diberi tugas dari Utsman bin Affan, khalifah ketika itu, untuk mengajarkan agama Islam.

Saat Dinasti Umayyah ber diri, ekspansi Islam kian meluas. Penyebaran Islam dan perluasan kekuasaan dilakukan hingga ke Afrika Utara, Spanyol, Asia Tengah, Persia, India. Damaskus men jadi komando dari upaya pe naklukan tersebut. Saat Dinasti Abbasiyah berjaya, Damaskus pun menjadi bagian kekuasaannya. Pada abad ke-11 dan ke-12, Damaskus menjadi pusat kegiatan Salahuddin al-Ayyubi saat melawan tentara salib.

Damaskus pun sempat ditaklukkan Mongol pada 1260 dan menjadi bagian dari kekuasaan Turki Utsmani pada 1516. Pada 1917, Damaskus dibebaskan dari pemerintahan Turki oleh gabungan Arab dan sekutu selama Pe rang Dunia 1. Pada 1946, Suriah merdeka dan Damaskus menjadi ibu kota.

Setelah dinasti ini jatuh, Damaskus menjadi bagian dari wilayah pemerintahan kerajaankerajaan Islam hingga abad ke-20.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement