REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Aisyah binti Abu Bakar lekat dengan kisah romantisme pernikahannya dengan Nabi Muhammad SAW. Seperti dilantunkan dalam lagu berjudul "Aisyah Istri Rasulullah" yang tengah populer saat ini, Aisyah merupakan istri yang dengan setia menemani perjuangan Rasulullah SAW sampai akhir hayatnya.
Aisyah RA merupakan salah satu istri yang paling dicintai Rasulullah SAW. Aisyah, gelarnya ash-Shiddiqah, kerap dipanggil Ummul Mukminin (ibu para mukmin). Sedangkan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah.
Ia terkadang dijuluki 'Humaira' (yang kemerah-merahan). Namun, Rasulullah SAW kerap memanggilnya dengan sebutan Binti ash-Shiddiq.
Dari nasabnya, Aisyah merupakan anak dari tokoh penting dalam sejarah Islam. Aisyah adalah putri dari sahabat Nabi Saw, Abdullah yang dijuluki Abu Bakar. Abu Bakar sendiri dikenal dengan gelar ash-Shiddiq.
Ibu Aisyah bernama Ummu Ruman. Dia berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi di pihak ayahnya dan dari kabilah Kinanah di pihak ibunya.
Aisyah juga memiliki ketersambungan nenek moyang dengan Nabi SAW. Seperti dinukilkan dari buku berjudul Aisyah karya Sulaiman an-Nadawi, disebutkan moyang Aisyah bertemu dengan moyang Rasulullah SAW di kakek yang ketujuh. Sementara moyang Aisyah dari pihak ibunya bertemu di kakek yang ke-11 atau ke-12.
Aisyah lahir dalam keluarga yang besar kiprahnya dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Sebab, rumah Abu Bakar menjadi tempat yang penuh berkah, di mana Abu Bakar termasuk orang yang memeluk Islam paling awal.
Karena itu, Aisyah termasuk orang-orang yang terpilih yang bernasib baik lantaran telinganya tidak mendengar seruan kemusyrikan dan kekufuran. Seperti dikatakan oleh Aisyah, "Aku tidak mengenal kedua orang tuaku, kecuali mereka semua telah memeluk satu agama."
Aisyah disusui dan diurus oleh istri Wa'il Abu al-Qa'is. Sejak masih kecil, Aisyah sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasannya. Aisyah juga memiliki wawasan yang baik dan pengetahuan agama yang cukup, serta tanggap dalam melihat segala sesuatu.
Menginjak usia tujuh atau delapan tahun, Aisyah sudah mulai mampu merenungkan segala hal, berbeda dari teman-teman seusianya yang lain. Ia bisa memahami hadits-hadits Rasulullah SAW, mengingatnya, dan kemudian meriwayatkannya.
Bahkan, ia juga mampu menjelaskan hikmah-hikmah dari peristiwa yang dialaminya saat masih kecil. Saat bermain pun, jika mendengar ayat Allah dibacakan, ia bisa mengingatnya.
Aisyah berkata, "Ada satu ayat yang turun kepada Muhammad SAW di Makkah ketika aku masih kecil dan sedang bermain-main, yaitu surat Al-Qamar ayat 46. Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, usianya belum mencapai delapan tahun. Akan tetapi, ia mampu mengingat peristiwa hijrah Nabi dan seluk-beluknya.