REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT memerintahkan kepada seluruh umat muslim untuk melaksanakan kurban. Perintah tersebut diberikan ketika bulan Dzulhijah melalui Nabi Ibrahim yang bermimpi anaknya, Nabi Ismail diperintahkan oleh Allah SWT untuk disembelih. Berikut kisah Nabi Ibrahim yang menyembelih Nabi Ismail.
Pada tanggal 8 Dzulhijah Nabi Ibrahim bermimpi. Kemudian Nabi Ibrahim yakin betul bahwa mimpinya di malam kesembilan Dzulhijjah itu benar-benar dari Allah SWT dan bukan godaan dari setan. Pada saat itu, Nabi Ismail berusia 7 tahun ke atas dan sudah mampu bekerja untuk membantu Nabi Ibrahim sang ayah.
Setelah Nabi Ibrahim bermimpi untuk menyembelih anaknya, ia berkata kepada Nabi Ismail, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” Nabi Ismail pun meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Nabi Ismail berharap dengan mengikuti perintah Allah SWT adalah sebagai bukti bahwa Nabi Ismail sangat berbakti kepada orang tuanya.
Seperti yang tertulis di dalam surat As Shafaat ayat 99 – 111 yang berbunyi,
لَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111)
Artinya : “Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab: “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami memanggilnya: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”
Akhirnya, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berserah diri kepada Allah SWT. Hal tersebut dilakukan untuk menjalankan perintah Allah SWT dan agar terhindar dari siksaan-Nya. Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim juga telah mempersiapkan diri karena mereka berdua juga bermimpi hal yang sama. Mereka berdua yakin dengan apa yang diperintahkan Allah SWT. Akhirnya, Allah mengganti dengan domba yang besar sebagai tebusan. Ibrahim bukan menyembelih Ismail, melainkan menyembelih seekor domba.