REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peneliti sejarah yang juga penulis Zawaal Israil 2022, Bassam Jarar, mengungkapkan, Palestina saat ini berada di masa kebangkitan dan ada di jalur yang benar. Ini dia sampaikan dalam wawancaranya dengan Aljazeera pada 2021 lalu.
"Jika kita melihat betapa parahnya reaksi kolonialisme (Israel), dalam segala bentuk dan warnanya, terhadap kebangkitan dan revolusi masyarakat Palestina, kita akan menyadari fakta bahwa kita sedang bangkit dan berada di jalur yang benar," kata syekh Palestina itu, dikutip dari laman Aljazeera.
Jarar juga memberikan pandangannya soal pendirian Israel pada 1948. Saat itu rakyat di Palestina masih terbelakang. Banyak yang buta huruf, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kurangnya rasa percaya diri dan perasaan rendah diri di hadapan Barat.
"Saat itu hilang arah, ragu pada budaya sendiri, dan ada keinginan besar untuk meniru orang lain, bahkan dalam hal-hal negatif dan penyakit mereka. Ditambah lagi dengan kemampuan kolonialisme yang begitu penuh warna dan menipu sehingga kita mengira mampu merdeka dan bertindak secara mandiri," tuturnya.
Dari kenyataan ini, kata dia, terlihat fakta bahwa Palestina belum merdeka. "Dan kita selama lebih dari satu abad tidak mempunyai kemauan untuk itu, dan kenyataan rezim berkuasa yang dibuat dengan warna-warna yang menipu menjadi jelas," tambahnya.
Namun kenyataan sekarang di Palestina, menurut Jarar, berbeda, baik dari segi kesadaran, ilmu pengetahuan, dan kemampuan menjembatani kesenjangan dalam dunia teknologi. Sebab saat ini yang terpenting adalah kembali ke diri yang beradab, percaya diri, dan sadar akan realitas apa adanya.
"Masa depan menjadi sangat jelas, dan keyakinan sudah pasti. Ini adalah awal yang diperlukan untuk bergerak di jalur tersebut. Menurut hukum sejarah dan masyarakat manusia, tidak ada keselamatan sampai ada penipuan, konspirasi, kesabaran, dan ketekunan," tuturnya.
Kemudian Bassam Jarar mengutip firman Allah SWT pada Surat Ar Rum ayat 60:
فَاصْبِرْ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِيْنَ لَا يُوْقِنُوْنَ ࣖ
"Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-kali jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau."
Bassam Jarar adalah peneliti dan intelektual Muslim Palestina yang lahir di Ramallah. Dia memiliki sejumlah buku yang diterbitkan dan ceramah ilmiah. Ia tertarik pada tafsir Alquran, studi Alquran dan keajaiban numerik.
Dia berasal dari keluarga Al Jarar Palestina, dan asal usulnya berasal dari Jenin di Palestina. Kakeknya, Youssef Al Jarar, memainkan peran penting dalam memimpin para pengikutnya saat melawan Tentara Salib dan Kastil Sanur.
Selama masa remaja dan masa mudanya, Bassam Jarar membangun pengetahuannya dari buku-buku dan budaya yang tersedia baginya. Dia juga belajar di bawah bimbingan banyak sarjana yang berasal dari daerah Syam.
Bassam Jarar pernah ditangkap otoritas pendudukan Israel lalu dia diasingkan bersama sekelompok pemimpin Islam Palestina ke Marj al-Zuhur, yang terletak di antara Palestina dan Lebanon.
Di saat itu Bassam Jarar menulis buku tersebut, Zawaal Israil 2022, pada awal 1990-an selama masa pengasingannya. Buku ini terbagi menjadi dua bab. Bab pertama merupakan penafsiran nubuatan dalam Surat Al Isra tentang berdirinya negara bagi Bani Israil dan lenyapnya negara tersebut sepanjang zaman.
Bab keduanya berisi tafsir matematis. Penafsiran Bassam Jarar menggunakan angka dan tanggal. Juga berdasarkan jumlah huruf ayat dan surat dalam Alquran serta tanggal-tanggal tertentu. Seperti wafatnya Nabi Sulaiman AS peristiwa Isra, dan lainnya. Dari pemikirannya ini, Bassam Jarar menyimpulkan bahwa kehancuran Israel adalah sebuah takdir yang tidak bisa dihindari dan pasti akan terjadi.
"Saya tidak mengatakan bahwa hal tersebut akan terjadi 100 persen. Namun penelitian sejak tahun 1992 hingga saat ini meningkatkan keyakinan saya terkait validitas ekspektasi hingga melebihi 95 persen," kata Jarar kepada Aljazeera.
Jarar kemudian menyinggung Uni Soviet yang masuk ke Afghanistan pada tahun 1979. Saat itu orang-orang mengira Afghanistan telah masuk ke dalam perut beruang komunis Rusia, dan niscaya Afghanistan akan termakan oleh Uni Soviet, yang kekuatannya tidak perlu diragukan lagi.
"Tetapi yang mengejutkan adalah setelah 11 tahun Uni Soviet runtuh, matahari komunisme terbenam, dan beruang Rusia mengeluarkan sejumlah republik kolonial dari dalam perutnya. Seolah-olah peristiwa itu adalah sebuah bola kecil yang mulai menggelinding, lalu semakin membesar," tuturnya.
Jarar juga mengungkapkan, setiap hari ada kenyataan baru, dan Amerika kini bukan lagi Amerika. Saat ini, kata Jarar, orang-orang berbicara tentang kemerosotan Amerika secara global, dan ada pembicaraan tentang dolar dan perekonomian yang akan runtuh. Menurut Jarar, siapapun yang memantau perubahan di Israel pada tingkat masyarakat dan kepemimpinan akan sadar bahwa Israel adalah masyarakat yang rapuh dan telah kehilangan banyak elemen kesinambungan dan kelangsungan hidup.