Selasa 23 Apr 2024 22:41 WIB

Berjuanglah di Jalan Allah Sejak Usia Muda

Berjuang di jalan Allah mempunyai banyak bentuk.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Mengingat Allah (ilustrasi).
Foto: Dok Republika
Mengingat Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di usia muda merupakan waktu yang tepat untuk berjuang di jalan Allah SWT. Pada usia seperti, semua kekuatan masih dimiliki terutama fisik. Rasulullah Saw pun telah mendorong agar berjuang di jalan Allah SWT dilakukan sejak muda.

Ahli hadis abad ke-9 H, As-Samarqandi dalam bukunya "200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa" mengungkapkan bagaimana keutamaan berjuang di jalan Allah SWT sejak usia muda. Ia mengutip sebuah hadis. Syurahbil bin as-Sumthi berkata, "Wahai Ka'ab bin Murrah, sampaikan pada kami hadis dari Rasulullah." Ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa saat mudanya dalam Islam berjuang di jalan Allah, maka baginya cahaya di hari kiamat.'" (HR at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad).

Baca Juga

As-Samarqandi menambahkan kisah dari semakian bertambahnya usia manusia maka akan semakin mulia di sisi Allah SWT. Wahab bin Munabbih berkata, "Belum pernah kuketahui kehormatan di sisi Allah setelah para nabi, melebihi kehormatan pemuda Muslim. Sesungguhnya Allah malu terhadap orang-orang yang berusia 80 tahun untuk menetapkan dosa baginya, atau menetapkan kesalahan untuknya."

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa Allah berfirman, "Jika hamba-Ku telah mencapai 40 tahun, aku bebaskan dia dari tiga musibah, yaitu gila, lepra, dan kusta. Jika mencapai 50 tahun, Aku mudahkan hisab untuknya. Jika mencapai 60 tahun, Kujadikan dia senang bertobat. Jika mencapai 70 tahun, malaikat mencintainya. Dan, jika mencapai 80 tahun, malaikat berkata, 'Tahanan Allah di bumi-Nya.' Maka aku mengampuninya segala dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Lebih dari itu, ia akan memberikan syafaat bagi keluarganya."

Berjuang di jalan Allah mempunyai banyak bentuk. Ia bisa mengisi hari-harinya dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT atau mendakwahkan agama kepada masyarakat. 

Allah SWT dalam beberapa firmannya pun memerintahkan kepada manusia agar berjihad di jalan-Nya. Namun jihad bukan bermakna harus berperang. Jihad bisa dimaknai menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Surah al-Hajj ayat 78, Allah dengan tegas memerintahkan agar manusia berjihad di jalan Allah. Ayat tersebut berbunyi:

وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ࣖ ۔

Wa jāhidū fillāhi ḥaqqa jihādih(ī), huwajtabākum wa mā ja‘ala ‘alaikum fid-dīni min ḥaraj(in), millata abīkum ibrāhīm(a), huwa sammākumul-muslimīn(a), min qablu wa fī hāżā liyakūnar-rasūlu syahīdan ‘alaikum wa takūnū syuhadā'a ‘alan-nās(i), fa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa‘taṣimū billāh(i), huwa maulākum, fa ni‘mal-maulā wa ni‘man-naṣīr(u).

Artinya: "Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."

Tafsir Tahlili dalam Quran Kemenag dijelaskan tentang maksud dari jihad di jalan Allah. Pertama, jihad dalam arti mempertahankan diri dari serangan musuh, sebagaimana firman Allah:

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا

Artinya: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas." (Al-Baqarah/2: 190)

Kedua, jihad dalam arti menegakkan agama Allah dan untuk meninggikannya, sebagaimana firman Allah:

وَقَاتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهٗ لِلّٰهِۚ فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ٣٩

Artinya: "Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (al- Anfāl/8: 39)

Ketiga jihad dengan arti berusaha melepaskan diri dari godaan setan, yang mengarah kepada masalah kemanusiaan seperti menolong orang, bertugas untuk kebaikan dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ ٧٦

Artinya: "Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Tagut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (an-Nisā’/4:76).

Keempat, jihad dengan arti memerangi hawa nafsu, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَدِمَ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمٌ غُزَاةٌ فَقَالَ: قَدِمْتُمْ خَيْرَ مَقْدَمٍ قَدِمْتُمْ مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرِ اِلَى الْجِهَادِ اْلاَكْبَرِ قِيْلَ وَمَا الْجِهَادُ اْلاَكْبَرِ قَالَ مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ هَوَاهُ.

Dari Jabir ia berkata, “Telah datang kepada Rasulullah saw suatu kaum yang baru dari peperangan. Maka beliau bersabda, “Kamu datang dengan kedatangan yang baik, kamu telah datang dari jihad yang kecil dan akan memasuki jihad yang besar.” Seseorang berkata, “Apakah jihad yang besar itu?” Rasulullah menjawab, “Perjuangan hamba melawan hawa nafsu.” (Riwayat al-Khatib al-Baghdadi).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement