Ahad 21 Apr 2024 11:47 WIB

Tiga Keutamaan Membangun Masjid

Masjid merupakan tempat bagi umat Islam untuk beribadah.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Salah satu masjid di Amerika Serikat (ilustrasi).
Foto: Dok. EPA/JEFF KOWALSKY
Salah satu masjid di Amerika Serikat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Syaikh Hasan Muhammad Ayyub dalam bukunya “Panduan Beribadah Khusus Pria” menyebutkan, masjid merupakan tempat bagi umat Islam untuk beribadah, seperti sholat, berdzikir, membaca Alquran, ber’itikaf. Sekin itu, masjid juga kära digunakan untuk menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar, menyampaikan khutbah, hingga mendamaikan orang bertengkar.

Di dalam masjid, Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib ditempa menjadi pendidik. Di dalam masjid, Bilal, Ammar, Shuhaib, Salman, dan Ibnu Mas'ud sama-sama menimba ilmu.

Baca Juga

Di dalam masjid, Rasulullah setia mengimami shalat bagi kaum muslimin dan mengajarkan berbagai ilmu serta akhlak sepanjang hayatnya.

Di dalam masjid juga, para ulama dari kalangan madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, dan yang lainnya, mendapat berkah sehingga mereka tumbuh menjadi tokoh-tokoh agama yang ulung.

Di dalam masjid pula, para ulama membenarkan dan mempercayai hadits-hadits yang dihimpun oleh imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan yang lainnya.

Oleh karena itu, Islam sangat memerhatikan masjid dengan menjelaskan segala keutamaan, pengaruh, dan peranannya. Bukan hanya itu, Islam juga membuat aturan khusus mengenai etika masuk-keluar masjid dan etika saat berdiam di dalamnya, menjelaskan segala perbuatan yang layak dan tidak layak untuk dilakukan di dalam masjid, serta siapa saja orang yang berhak dan tidak boleh memasukinya.

Semua itu membuktikan betapa Agung dan sucinya masjid bagi umat muslim. Sehingga umat Muslim pun berlomba-lomba untuk bergotong rayong membangun masjid, karena mereka tahu besarnya keutamaan membangun masjid. 

Berikut ini keutamaan-keutamaan membangun masjid.

Pertama, membangun masjid bagaikan membangun istana untuk dirinya di surga

"Siapa yang membangun masjid untuk mengingat Allah, niscaya la akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga. Siapa yang memerdekakan seorang budak muslim, maka tebusannya adalah (bebas dari) neraka Jahannam. Dan siapa yang tumbuh satu uban (sebab berjuang) di jalan Allah, niscaya uban itu akan menjadi cahaya baginya pada Hari Kiamat nanti." (HR. Ahmad dan Nasa'i dengan sanad jayyid).

Ibnu Abbas meriwayatkan Rasulullah bersabda, "Siapa yang membangun sebuah masjid karena (mengharap ridha) Allah, walaupun hanya seperti sarang bertelur burung qathat, niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibbân. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Tartib al-Jami' ash-Shaghîr).

Artinya barangsiapa yang mau membangun sebuah masjid sekecil apa pun ukurannya, atau ikut membantunya dengan ikhlas, niscaya ia akan mendapatkan balasan seperti yang disebutkan.

Kedua,  mendapat naungan di akhirat

Setekah hari kiamat datang, maka seluruh umat Manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, di suatu tempat di mana jarak Matahari dengan kepada hanya sejengkal.

Pada saat itulah setiap orang membutuhkan naungan untuk berteduh dari panasnya matahari. Amalan sedekah merupakan salah satu sebab seseoang akan mendapatkan naungan di Padang Mahsyar.

Rasulullah saw bersabda, “Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya hingga diputuskan perkara-perkara diantara manusia”. (Al-Musnad)

Demikian pula ketika kita mengeluarkan harta kita untuk wakaf masjid, maka Allah akan memberikan balasan yang berlipat-lipat dan semoga Allah akan berikan naungan di hari kiamat kelak.

Ketiga, Pahala yang terus mengalir

Membangun masjid merupakan amal Jariyah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia.

“Pahala amalan kebaikan yang akan menghampiri seorang mukmin sepeninggalnya, beliau menyebutkan di antaranya, (yakni) mushaf yang ia tinggalkan, masjid yang ia bangun, rumah untuk musafir yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya di kala sehat dan hidupnya, maka ia akan menghampirinya sepeninggalnya." (HR. Ibnu Majah).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement