Jumat 19 Apr 2024 18:43 WIB

Mencari Hakikat Harta Karun? Simak Kisah Orang Kaya Sombong dari Bani Israil

Umat manusia tidak asing lagi dengan istilah harta karun.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Koin emas harta karun (ilustrasi)
Foto: Antara/Ampelsa
Koin emas harta karun (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat manusia tidak asing lagi dengan istilah harta karun. Di zaman sekarang masih ada orang yang mencari harta karun, bahkan kisah pencarian harta karun tidak sedikit yang dibalut dengan kisah mistis tidak masuk akal oleh para dukun.

Orang kadang tidak sengaja menemukan barang atau benda berharga di dalam tanah atau di dasar perairan seperti laut. Ada juga yang serius menelisik lokasi, menyiapkan ekspedisi, dan menginvestasikan materi sehingga pencarian harta karun pun menjadi obsesi.

Baca Juga

Istilah harta karun secara bahasa dapat berarti harta milik Qarun. Jika mengacu Alquran, terdapat nama Qarun disebut dalam beberapa ayat. Penulisannya tergantung pedoman transliterasi, misalnya Karun, Qarun atau Qorun. 

Demikian dijelaskan Arkeolog, Profesor Ali Akbar dalam buku Arkeologi Alquran: Penggalian Pengetahuan Keagamaan terbitan Lembaga Kajian dan Peminatan Sejarah, 2020.

Profesor Ali Akbar menjelaskan, mengingat Alquran tergolong tidak banyak menyebut nama, maka penyebutan nama Qarun dalam Alquran tentu mengandung sesuatu yang penting.

Qarun hidup pada zaman Nabi Musa Alaihissalam. Qarun berasal dari golongan Bani Israil. Qarun bahkan dikisahkan tersendiri dalam Alquran, Surat Al-Qasas Ayat 76 sampai 82.

"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." 

"(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, 'Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri'."

"Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

"Dia (Qarun) berkata, 'Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.' Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka."

"Maka, keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, 'Andaikata kita mempunyai harta kekayaan seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar'.”

"Orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, 'Celakalah kamu! (Ketahuilah bahwa) pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (Pahala yang besar) itu hanya diperoleh orang-orang yang sabar'.”

"Lalu, Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri."

"Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, 'Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi mereka). Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar (terhadap nikmat)'.” (QS Al-Qasas Ayat 76 - 82)

Qarun awalnya orang beriman dan mengikuti Nabi Musa Alahissalam. Belakangan, karena hartanya berlimpah, ia merasa bangga diri. Qarun juga berlaku zalim terhadap kaum Nabi Musa. Ia tidak menggunakan hartanya sesuai ketentuan Allah SWT. 

Harta Qarun berlimpah ruah. Ia menyimpannya di suatu tempat. Tempatnya dikunci dan kunci-kuncinya sangat berat sehingga ketika dipikul mesti oleh orang-orang yang kuat (Katsir, 2014: 606). 

Ibnu Abbas, sebagaimana dikutip oleh para ahli tafsir yang menulis buku Alquran dan Tafsirnya, menyebut bahwa kunci-kunci harta Qarun mesti dibawa oleh 40 lelaki yang kuat.

Qarun merasa kekayaannya berasal dari kemampuannya sendiri. Bahkan, ia mempertontonkan hartanya di depan umum. Ia memamerkannya dan menunjukkan kemegahannya.

Umumnya ahli tafsir sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir menyatakan Qarun menampakkan kekayaan dalam bentuk busana, pelayan, dan pengikutnya. Lebih lanjut dalam beberapa buku tafsir disebutkan Qarun berjalan di tengah kaumnya dengan pakaian megah, perhiasan mewah, diiringi pelayan, dan dijaga pengawal untuk menunjukkan ketinggian derajatnya.

Kesombongan Qarun juga dipupuk karena ada sebagian orang yang menginginkan kehidupan seperti Qarun. Pada 

Sementara itu, kalangan orang yang berilmu memperingatkan agar jangan mencontoh Qarun. 

Allah SWT akhirnya membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Tidak ada yang dapat menyelamatkan Qarun dari azab Allah SWT. 

Harta Qarun pun terbenam di dalam bumi. Orang-orang yang menginginkan kehidupan mewah dan megah seperti Qarun pun langsung mengurungkan niatnya.

Hakikat Harta Karun

Dapat dikatakan bahwa orang-orang itu pun tersadar bahwa harta merupakan salah satu bentuk rezeki yang berasal dari Allah SWT.

Rezeki merupakan nikmat yang harus dipergunakan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat yang diberikan Allah SWT.

Qarun termasuk kaum Nabi Musa Alahissalam yang tinggal di Mesir sekitar abad ke-13 SM. 

Jika ingin mulai mencari harta Qarun dapat membaca petunjuk dalam Alquran Surat Al-Qasas Ayat 76 sampai 82. 

Saat membaca dan memahami Surat Al-Qasas Ayat 76 sampai 82, tampaklah bahwa penekanan bukan pada aspek lokasi. Penekanan bukan pada aspek benda materi. 

"Seseorang dapat dikatakan telah memperoleh harta karun apabila telah dapat mengambil pelajaran dari kisah harta Qarun. Semoga dapat menemukan harta berupa hikmah dari Allah SWT dalam kisah Qarun," kata Profesor Ali Akbar dalam bukunya berjudul Arkeologi Alquran: Penggalian Pengetahuan Keagamaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement