REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dzikir atau mengingat Allah adalah praktik yang sangat ditekankan dalam agama Islam. Melalui dzikir, umat Islam menguatkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta, mengingat janji-janji-Nya, dan menyucikan jiwa mereka dari kesesatan. Salah satu cara yang digunakan dalam melakukan dzikir adalah dengan menggunakan jari-jari tangan.
Penggunaan jari-jari tangan ini tidak hanya sekadar tindakan fisik, tetapi juga memiliki makna dan keutamaan tersendiri dalam Islam.
Dalam ajaran Islam, tangan merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki peran penting. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seringkali menggunakan jari-jarinya untuk menghitung dzikir dan membaca tasbih. Penggunaan jari-jari tangan ini bukanlah sekadar kebetulan, tetapi mengandung makna spiritual yang dalam.
Selain itu, berdzikir menggunakan jari-jari tangan membantu memfokuskan pikiran dan hati. Dengan meraba setiap jari dan mengucapkan tasbih, takbir, atau tahmid, seorang Muslim secara alami terfokus pada kegiatan tersebut. Ini membantu mengalihkan perhatian dari dunia duniawi yang sementara kepada keagungan Allah SWT yang abadi.
Penggunaan jari-jari tangan untuk berdzikir mengingatkan kita akan nikmatnya kesempurnaan ciptaan Allah. Setiap gerakan jari, setiap detak jantung, semuanya adalah anugerah dari-Nya. Dengan menyentuh jari-jari tangan kita, kita secara simbolis mengingat kebesaran Allah yang menciptakan kita dengan sempurna.
Dari Yusairah seorang wanita Muhajirah, dia berkata:
قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَة
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami, “Hendaknya kalian bertasbih (ucapkan subhanallah), bertahlil (ucapkan laa ilaha illallah), dan bertaqdis (menyucikan Allah), dan hitunglah dengan ujung jari-jemari kalian karena itu semua akan ditanya dan diajak bicara (pada hari kiamat), janganlah kalian lalai yang membuat kalian lupa dengan rahmat Allah. (HR. Tirmidzi, no. 3583 dan Abu Daud, no. 1501 dari hadits Hani bin ‘Utsman dan dishahihkan oleh Imam Adz-Dzahabi. Sanad hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Hafizh Abu Thahir).
Adapun cara menghitung dzikir dengan jari-jari tangan dimulai dari kanan sebagaimana dijelaskan dalam hadis Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma beliau bercerita:
رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح. وزاد محمد بن قدامة -شيخ أبي داود- في روايته لفظ: “بيمينه
Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung bacaan tasbih dengan tangannya.” Sementara dari jalur Muhammad bin Qudamah – gurunya Abu Daud – terdapat tambahan: “dengan tangan kanannya” (HR. Abu Daud 1502).
Dengan demikian, berdzikir menggunakan jari-jari tangan adalah tindakan yang terus-menerus mengingatkan kita akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Saat kita bergerak, melakukan pekerjaan sehari-hari, atau bahkan hanya duduk diam, jari-jari tangan kita senantiasa siap untuk berdzikir kepada-Nya.