REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Tidak ada yang bisa dimungkiri keutamaan membaca Alquran, keutamaan menghafal Alquran, namun apakah tujuannya hanya berhenti pada membaca dan menghafal saja atau tujuan sesungguhnya adalah supaya kita memahami maknanya dan mengamalkannya?
Mengutip khutbah Jumat yang ditulis KH Abu Hurairah Abd Salam Lc, MA (Wakabid Penyelenggaraan Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ingin kita baca dan hafal Alquran seperti rekaman kaset, MP3.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ingin kita baca dan hafal Alquran seperti burung beo yang pandai meniru kalimat yang diulang-ulang saat memberinya makan.
Para sahabat, tabi'in dan tabi’ tabi’in saat membaca dan mempelajari Alquran, tidak akan pindah ke ayat dan surat berikutnya, sebelum mereka paham dan mengamalkan kandungan isi kandungannya.
Sayyidina Utsman bin Affan dan Abdullah ibnu Mas’ud berkata:
كُنَّا إذَا تَعَلَّمْنَا مِنَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ، لَمْ نُجَاوِزِهَا حَتَّى نَتَعَلَّمَ مَا فِيْحَا مِنَ العِلْمِ وَالعَمَلِ
"Jika kami mempelajari sepuluh ayat dari Nabi, maka kami tidak akan pindah ke ayat berikutnya, sebelum kami paham makna yang terkandung dalam sepuluh ayat tersebut kemudian mengamalkannya."
Jadi ayat itu mereka baca, mereka pahami maknanya, mereka tadabburi, mereka amalkan lalu mereka hafal baru kemudian mereka beralih membaca ayat lainnya.
Metode mereka dalam berinteraksi dengan Alquran adalah: iqra (baca), ifham (pahami), tadabbar (tadabburi), tabbaq (amalkan), ihfadz (jaga dan hafal). Sementara metode kita sekarang adalah: ihfadz, ihfadz dan ihfadz (hafal, hafal dan hafal)
Problem kita dalam bermuamalah dan berintraksi dengan Alquran bukan di bacaannya, bukan pula di hafalannya, membaca dan menghafal Alquran adalah amalan yang sangat-sangat terpuji, sangat mulia, merupakan cahaya di atas cahaya.
Syariat Islam bahkan sangat menganjurkan kita untuk mendukung dan memberi semangat para pembaca dan penghafal Alquran agar kemutawatiran Alquran tetap terjaga dengan baik, sehingga Alquran bisa diwariskan secara turun temurun sampai hari kiamat.
Saat ini ada euforia di kalangan umat Islam untuk kembali kepada Alquran, di satu sisi kita bahagia jika umat Islam memiliki perhatian yang sangat besar pada Alquran, tapi di sisi lain yang harus diingat dan diperhatikan adalah bahwa Alquran diturunkan bukan sekadar untuk dibaca dan dihafal, yang lebih penting dari itu semua bahwa Alquran adalah “Hudan Linnas” isinya harus dibaca, dihafal, dipelajari, dipahami, kemudian diamalkan dalam kehidupan ini.
وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Alquran adalah penyembuh penyakit yang ada di dalam dada sebagai hidayah, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman.).