REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan yang kompleks, di mana masalah ekonomi dan keluarga seringkali menjadi pusat perhatian. Ekonomi mempengaruhi cara manusia memenuhi kebutuhan dasarnya, sedangkan keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur sosial yang mempengaruhi perkembangan individu.
Keduanya saling terkait dan mempengaruhi kehidupan manusia secara signifikan.
Masalah ekonomi memiliki dampak yang mendalam pada kehidupan manusia. Ketersediaan sumber daya ekonomi, seperti uang, pekerjaan, dan akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan, secara langsung memengaruhi kesejahteraan individu dan keluarga.
Ketika seseorang atau keluarga mengalami kesulitan ekonomi, hal ini dapat menyebabkan stres, ketidakstabilan finansial, bahkan kemiskinan.
Dalam situasi seperti ini, prioritas kehidupan sehari-hari, seperti makanan, perumahan, dan pendidikan, menjadi sulit dipenuhi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental individu serta hubungan dalam keluarga.
Maka, ketika menghadapi masalah hidup berikhtiar merupakan suatu langkah yang penting dan tidak dapat diabaikan.
Berikhtiar menunjukkan kemauan dan usaha aktif untuk mencari solusi atau mengatasi tantangan yang dihadapi. Tanpa upaya dan tindakan konkret, masalah tersebut mungkin akan terus berlanjut atau bahkan memburuk.
Berikhtiar adalah manifestasi dari keyakinan bahwa kita memiliki kendali atas hidup kita sendiri. Meskipun ada banyak hal di luar kendali kita, seperti kejadian tak terduga atau kondisi eksternal, namun berikhtiar memungkinkan kita untuk bertindak sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang kita miliki.
Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S Al-Baqarah: 153).
Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan kandungan ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Tidak saja melimpahkan nikmat-Nya, Allah juga menimpakan berbagai cobaan kepada orang yang beriman. Karena itu, Allah meminta mereka bersabar dan terus melaksanakan salat. Wahai orang-orang yang beriman! mohonlah pertolongan kepada Allah, baik dalam rangka melaksanakan kewajiban, menjauhi larangan, maupun menghadapi cobaan, yaitu dengan sabar dan salat yang disertai rasa khusyuk, sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberikan pertolongan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala cobaandi antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir.
Jangan-lah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari-Nya. Mereka hidup di alam yang lain. Mereka mendapat kenikmatan yang demikian besar dari Allah.
Oleh karena itu, menghadapi permasalahan dengan sabar dan berdoa kepada Allah adalah tindakan yang dianjurkan.
Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, maka setiap orang harus berikhtiar mencari jalan keluar dari setiap permasalahan dan terus meminta pertolongan Allah agar senantiasa diberi kemudahan dalam setiap urusannya.
Begitupun dalam surat Al Ankabut ayat 69 yang berbunyi:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Orang-orang yang berusaha untuk (memperoleh) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Ayat di atas menekankan pentingnya usaha dan upaya dalam menghadapi permasalahan, dengan keyakinan bahwa Allah akan membimbing mereka yang berusaha.