REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kunya adalah setiap tambahan kata yang diawali dengan 'Abu' (ayah dari) atau 'Umm' (ibu dari)'. Dahulu, kunya sangat diperhatikan dalam interaksi dan panggilan orang Arab.
Mereka selalu memanggil satu sama lain dengan kunya, bukan dengan nama-nama biasa atau gelar; karena gelar terkadang menunjukkan ketercelaan. Nabi Muhammad sendiri memiliki nama kunya, tetapi beliau melarang seseorang menggunakan kunya (nama panggilan) yang sama dengan kunya beliau. Namun Nabi SAW memperbolehkan untuk menggunakan nama beliau, Muhammad.
Kunya Nabi Muhammad SAW adalah Abu Al-Qasim. Adapun sahabat beliau, Abu Bakar, sebetulnya adalah nama kunya dari Abdullah bin Abu Quhafah. Karena itu, nama asli Abu Bakar adalah itu.
Sedangkan kunya Umar bin Khattab adalah Abu Hafs, karena nama putrinya ialah Hafshah. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib memiliki dua kunya, yaitu Abu Al-Hasan dan Abu Turab.
Dalam tradisi Arab, tidak hanya manusia yang memiliki kunya, tetapi juga hewan-hewan. Sebagai contoh, kunya unta adalah Abu Ayyub, keledai adalah Abu Shabir, serigala adalah Abu Ja'dah, dan rubah adalah Abu Al-Husain.
Selain itu, kota Makkah juga memiliki kunya, yaitu disebut sebagai "Ummul Qura" (ibu kota). Surat Al-Fatihah disebut "Ummul Kitab", dan minuman keras disebut "Ummul Khaba'its" (ibu keburukan).
Ada beberapa kunya di zaman saat ini, yang dikaitkan dengan sesuatu yang membahagiakan, seperti memuji pemiliknya. Misalnya Abu Al-Khair (bapak yang baik), Abu Al Mafhumiyah (bapak yang dihormati karena pemahamannya) dan Abu Al Layin (bapak yang lembut).
Dalam budaya sekarang ini dan masih dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, adalah kebiasaan bagi seorang pria untuk menggunakan kunya dengan nama anak pertamanya, baik itu laki-laki atau perempuan. Namun, jika setelah itu dikaruniai lagi seorang anak maka ia akan mengubah kunya dan mengikuti nama anak tersebut.