REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia adalah makhluk lemah. Ia mudah cemas dan bersedih.
Ketika dihadapkan dengan situasi tersebut, manusia membutuhkan sandaran atau bercerita demi mencari solusi. Di sini peran sholat bahwa ibadah ini bukan sekadar kewajiban sebagai seorang Muslim tetapi sebuah kebutuhan.
Ahli tafsir Alquran Prof Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati mengatakan kenyataan sehari-hari ketika manusia menghadapi situasi cemas atau sedih tak menemukan solusi ketika bercerita kepada sesama manusia. Meski ada solusi, terkadang tidak sesuai harapan. Maka, di sinilah peran sholat dibutuhkan untuk memohon sekaligus bersandar kepada Allah SWT.
Sebab yang mampu mengatasi segala persoalan manusia hanya Allah SWT. Dia adalah yang Mahakuasa, Mahamutlak, dan Mahasempurna. Karena itu, tak ada jalan lain kecuali menyandarkan diri kepada Allah SWT melalui sholat.
Surah Al-Fatir ayat 13-15 menerangkan tentang bagaimana kekuasaan Allah dalam memberikan solusi. Dan sesuatu selain Allah tidak akan mampu memberikan solusi sesuai harapan.
يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِۚ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَّجْرِيْ لِاَجَلٍ مُّسَمًّىۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُۗ وَالَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖ مَا يَمْلِكُوْنَ مِنْ قِطْمِيْرٍۗ
Yūlijul-laila fin-nahāri wa yūlijun-nahāra fil-lail(i), wa sakhkharasy-syamsa wal-qamara kulluy yajrī li'ajalim musammā(n), żālikumullāhu rabbukum lahul-mulk(u), wal-lażīna tad‘ūna min dūnihī mā yamlikūna min qiṭmīr(in).
Artinya: "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dia (pula yang) menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar sampai batas waktu yang ditentukan. (Yang berbuat demikian) itulah Allah Tuhanmu. Milik-Nyalah segala kerajaan. Mereka yang kamu seru (sembah) selain-Nya tidak mempunyai (sesuatu walaupun) setipis kulit ari."
اِنْ تَدْعُوْهُمْ لَا يَسْمَعُوْا دُعَاۤءَكُمْۚ وَلَوْ سَمِعُوْا مَا اسْتَجَابُوْا لَكُمْۗ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُوْنَ بِشِرْكِكُمْۗ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيْرٍ ࣖ
In tad‘ūhum lā yasma‘ū du‘ā'akum, wa lau sami‘ū mastajābū lakum, wa yaumal-qiyāmati yakfurūna bisyirkikum, wa lā yunabbi'uka miṡlu khabīr(in).
Artinya: "Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan sekiranya mendengar, mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu. Pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti (yang diberikan oleh Allah) Yang Maha Teliti."
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ
Yā ayyuhan-nāsu antumul-fuqarā'u ilallāh(i), wallāhu huwal-ganiyyul-ḥamīd(u).
Artinya: "Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Prof Quraish mengatakan di dalam sholat ada isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa dan harapan. Prof Quraish menambahkan sholat juga menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam raya ini yang memberikan ketenangan dan kemantapan manusia, khususnya kepada para ilmuwan dan karena itu sholat kepada Allah merupakan pertanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam raya ini.
Dalam keyakinan umat beragama, Tuhan penguasa alam raya, penguasa hidup dan menguasai kehidupan.