REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pernah Anda melihat orang menolak sedekah seseorang karena merasa masih ada yang pantas diberikah sedekah? Padahal si pemberi ikhlas ingin bersedekah. Apa sikap kita ketika ada orang yang ikhlas bersedekah kepada kita? Menerimanya atau menolak?
Ahli hadis As-Samarqandi dalam bukunya yang sudah dialihbasakan menjadi "200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa" mengungkapkan satu hadits tentang hal tersebut.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْطِي عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْعَطَاءَ فَيَقُولُ لَهُ عُمَرُ أَعْطِهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّي فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْهُ فَتَمَوَّلْهُ أَوْ تَصَدَّقْ بِهِ وَمَا جَاءَككَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِففٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
"Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru bin Harits] dari [Ibnu Syihab] dari [Salim bin Abdullah] dari [bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memberikan bagian zakat kepada Umar bin Al Khaththab, maka Umar pun berkata, "Wahai Rasulullah, berikanlah kepada orang yang lebih fakir dariku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda kepadanya: "Ambil dan pergunakanlah untuk keperluanmu, atau sedekahkan! Apabila kamu diberi orang sesuatu pemberian tanpa kamu idam-idamkan dan tanpa meminta-minta, terimalah pemberian itu. Tetapi ingat, sekali-kali jangan meminta." (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Khuzaimah).
Memberikan harta kita kepada orang lain dengan niat tulus tentu itu adalah amal kebaikan. Apalagi harta yang dibagikan mereka merupakan harta yang halal. Dan barangkali orang tersebut memang meniatkan untuk bersedekah yang dianjurkan oleh agama.
Alquran telah menganjurkan sebagian harta yang dimiliki agar disedekahkan. Sebagaimana dalam Surah al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سسُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Mahamengetahui."
Tafsir tahlili dalam Quran Kemenag dijelaskan bahwa hubungan antara infaq dengan akhirat sangat erat. Manusia akan mendapatkan pertolongan di akhirat nanti dari amalnya salag satunya berinfaq.
Baca juga: Bawah Masjid Al Aqsa Penuh Terowongan, Mitos Kuil Sulaiman dan Sapi Merah yang tak Muncul
Menerima pemberian orang yang ikhlas sejatknya adalah menjunjung tinggi adab sehingga tidak akan mengecewakan si pemberi. Pemberian merupakan penghormatan. Maka si penerima wajib pula membalas dengan penghormatan. Sebagaimana bunyi Surah An-Nisa' ayat 86:
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْببًا
Artinya: "Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu."