REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beranjak tidur sebelum shalat isya hukumnya makruh. Tidur sebelum sholat Isya merupakan perbuatan yang tidak disukai Nabi Muhammad ﷺ.
Seperti dikutip dari buku Sunnah dan Dzikir Harian Nabi shallallahu alaihi wasallam, dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu anhu.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَوۡفٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الۡمِنۡهَالِ قَالَ: انۡطَلَقۡتُ مَعَ أَبِي إِلَى أَبِي بَرۡزَةَ الۡأَسۡلَمِيِّ، فَقَالَ لَهُ أَبِي: حَدِّثۡنَا كَيۡفَ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّي الۡمَكۡتُوبَةَ؟ قَالَ: كَانَ يُصَلِّي الۡهَجِيرَ، وَهِيَ الَّتِي تَدۡعُونَهَا الۡأُولَى، حِينَ تَدۡحَضُ الشَّمۡسُ، وَيُصَلِّي الۡعَصۡرَ، ثُمَّ يَرۡجِعُ أَحَدُنَا إِلَى أَهۡلِهِ فِي أَقۡصَى الۡمَدِينَةِ، وَالشَّمۡسُ حَيَّةٌ، وَنَسِيتُ مَا قَالَ فِي الۡمَغۡرِبِ، قَالَ: وَكَانَ يَسۡتَحِبُّ أَنۡ يُؤَخِّرَ الۡعِشَاءَ، قَالَ: وَكَانَ يَكۡرَهُ النَّوۡمَ قَبۡلَهَا، وَالۡحَدِيثَ بَعۡدَهَا، وَكَانَ يَنۡفَتِلُ مِنۡ صَلَاةِ الۡغَدَاةِ، حِينَ يَعۡرِفُ أَحَدُنَا جَلِيسَهُ، وَيَقۡرَأُ مِنَ السِّتِّينَ إِلَى الۡمِائَةِ
Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Al-Minhal menceritakan kepada kami. Beliau berkata:
Aku pergi bersama ayahku menemui Abu Barzah Al-Aslami. Ayahku berkata kepadanya, “Ceritakan kepada kami bagaimana Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu sholat wajib?”
Beliau menjawab, “Dahulu beliau sholat Zuhur, yang kalian namakan salat pertama, ketika matahari mulai turun. Beliau salat Asar kemudian salah satu dari kami kembali ke keluarganya di pinggir kota dalam keadaan matahari masih putih bersih.”
Abu Al-Minhal berkata: Aku lupa apa yang Abu Barzah katakan tentang sholat Magrib. Abu Barzah berkata, “Dahulu Rasulullah menyukai untuk mengakhirkan sholat Isya.”
Abu Barzah berkata, “Beliau membenci tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelahnya. Beliau selesai dari salat Subuh ketika salah seorang dari kami mengenali teman duduknya dan beliau membaca surah sebanyak enam puluh sampai seratus ayat.” (HR Bukhari no 599, dan Muslim no 647)
Adapun alasan dimakruhkannya tidur setelah maghrib (atau sebelum isya) adalah, karena bisa jadi orang tersebut akan terus terlelap hingga terlewatkan kewajibannya untuk shalat isya.
Di samping itu, dimakruhkan untuk berbicara atau bersenda gurau dan duduk-duduk setelah shalat isya.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami Radhiyallahu Anhu yang disebutkan sebelumnya. Pada hadits itu disebutkan, “Beliau tidak suka tidur sebelumnya dan tidak pula berbicara setelahnya.”
Diisyaratkan Alquran, Para Ilmuan Ungkap Keajaiban Padang Pasir Terkini Ada di Maroko
http://republika.co.id/berita//s9usvz320/diisyaratkan-alquran-para-ilmuan-ungkap-keajaiban-padang-pasir-terkini-ada-di-maroko
Akan tetapi, jika pembicaraannya untuk suatu keperluan yang mendesak, maka tidak ada kemakruhan di dalamnya.
Alasan pemakruhannya wallahu a'lam: Jika sholat isya diakhirkan, maka tidurnya pun agak sudah larut, hingga dikhawatirkan dia akan terlewatkan waktu sholat shubuh, atau keutamaan untuk sholat di awal waktunya, atau terlewatkan sholat tahajud bagi mereka yang biasa melakukannya.