Dia menjawab dengan kegigihan dan keseriusan hatinya, “Demi Allah tidak, wahai Nabiyullah. Aku tidak meragukan keadaan bapakku. Aku tidak menyayangkan kematiannya. Hanya saja, sesungguhnya sebelum ini aku berharap ia mau memeluk Islam.”
Abu Khudzaifah tidak menyesal karena harus masuk dalam pasukan kaum Muslim melawan pasukan ayahnya sendiri. Namun, ia hanya berharap bisa melihat ayahnya mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan memeluk Islam sebelum terkena serangan dari kaum Muslim pada peperangan.
Tetapi, sayangnya hal itu sudah terlambat. Ayahnya meninggal karena terbunuh dan dalam keadaan kafir.
Kisah Abu Khudzaifah ibn Uthbah pada Perang Badar adalah salah satu contoh ketabahan dan kesetiaan seorang Muslim terhadap agamanya, bahkan dalam menghadapi tantangan yang paling sulit sekalipun. Peristiwa ini menunjukkan bahwa keyakinan Abu Khudzaifah pada Islam begitu kuat sehingga tidak ada yang bisa menggoyahkan tekadnya.