Sabtu 02 Mar 2024 22:56 WIB

Cara Membangun Peradaban Menurut Prof Haedar Nashir

Haedar Nashir menjelaskan pentingnya menumbuhkan peradaban yang baik.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: Republika
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berupaya memberi manfaat kepada sesama. Konsep ini telah menjadi pijakan moral dalam banyak budaya agama di seluruh dunia. 

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Baca Juga

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Memberi manfaat kepada sesama bukan hanya sebagai tindakan altruistik, tetapi juga suatu kebutuhan modal yang mendasar untuk memperkuat hubungan sosial, memperbaiki kehidupan komuniktas, dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Prof Haedar Nashir dalam ceramahnya yang berjudul “Taawun untuk Negeri”, menyebutkan pentingnya menumbuhkan peradaban yang baik. Karena, membangun peradaban tidak hanya dengan melakukan sunatullah. Tapi juga bisa dengan mengakumulasikan seluruh potensi kemanusiaan untuk hidup membangun jejak-jejak kebaikan.

Sehingga peradaban tersebut bisa melahirkan kebudayaan sebagai perilaku kolektif manusia yang baik dan melahirkan pengetahuan untuk mengolah dunia dan membangun semesta. 

Menurut Haedar Nashir, terdapat 3 cara agar manusia bisa menciptakan peradaban Islam yang baik, di antaranya yaitu: 

Pertama, memanfaatkan yang Allah berikan, salah satunya fisik.

Salah satu cara terbaik untuk memanfaatkan pemberian Allah dalam bentuk fisik adalah dengan merawat dan menjaga kesehatan tubuh. 

Tubuh yang sehat adalah modal utama untuk mencapai potensi penuh dalam menjalani kehidupan. Dengan menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan yang merusak kesehatan, kita dapat memastikan bahwa kita mampu beraktivitas dengan optimal dan menghindari berbagai penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup.

Selain itu, mensyukuri nikmat Allah dengan cara meninggalkan larangan dari Allah. Seperti memberi julukan yang buruk terhadap sesama, menjauhi sifat suudzon, tajasuss, dan ghibah. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement