REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Mukjizat Nabi Muhammad saw tidak hanya mampu membelah bulan dan mengeluarkan air dari jari jemarinya, tetapi mukjizat Nabi saw juga mampu menyembuhkan bola mata sahabatnya yang hampir terlepas akibat pedang, hingga menyembuhkan kaki sahabatnya yang patah ketika menjalankan misi.
Para sahabat Nabi saw, memang kerap mendapatkan luka dari berjihad bersama Rasulullah dalam memerangi orang kafir dan menyebarluaskan Islam. Salah satunya adalah kisah kesembuhan betis Abdullah bin Utaik yang terluka selepas menjalankan misi operasi pembunuhan sang penjahat perang, Abu Rafi’
Dalam buku ‘Ringkasan Sarah nabawiyah: Butir Butir Perjalanan Hidup Rasulullah SAW’ oleh Muhammad Atim dikisahkan, setelah pengusiran Bani Quraizhah, pada bulan Dzulqadah atau Dzulhijjah tahun 5 H, orang-orang Khazraj menginginkan kemuliaan seperti orang-orang Aus yang telah melakukan operasi pembunuhan terhadap sang penghina Nabi Saw.., Kaab bin Al-Asyrof seorang yahudi dari kabilah Bani Nadhir. Kali ini mereka ingin melakukan operasi pembunuhan sang penjahat perang, Sallam bin Abi Huqaiq atau yang dikenal dengan Abu Rafi, dia adalah salah seorang dari yahudi Bani Nadhir yang telah memprovokasi meletusnya perang Ahzab. Dan Rasulullah Saw.. pun mengizinkannya.
Operasi pun dilakukan oleh lima orang dari Bani Salamah dari Khazraj yang dipimpin oleh Abdullah bin Atik. Mereka mendatangi benteng Khaibar, tampat tinggal Abu Rafi di malam yang gelap. Ketika sampai, Abdullah bin Atik menyingsingkan pakaiannya layaknya orang yang hendak buang hajat. Seorang penjaga pintu mempersilahkannya masuk jika ia ingin masuk karena pintu akan ditutup. la pun masuk lalu mengendap-endap masuk ke rumah Abu Rafi. Dilihatnya Abu Rafi masih mengobrol dengan rekan-rekannya. la naik ke atas rumahnya. Setelah rekan-rekannya pergi, ia masuk ke dalam rumah dan perlahan-lahan menuju kamarnya.
Di suasana yang gelap itu, ia mencoba memanggilnya untuk mengetahui posisinya. Setelah menjawab, ia langsung menyabetkan pedangnya namun meleset. Abu Rafi berteriak. Lalu Abdullah bin Atik bertanya, "Kenapa engkau berteriak wahai Abu Rafi?" la menjawab, "Celaka demi ibumu. Ada seseorang di rumah ini yang barusan hendak menebas pedang kepadaku." Lalu Abdullah bin Atik menyabetkan pedangnya lagi dan mengenai sasaran. la belum yakin dengan sabetannya, lalu ia tusukkan pedangnya ke perutnya sampai tembus.
la segera pergi namun pada saat keluar, ketika turun dari loteng, kakinya terpeleset hingga patah. Kemudian ia balut luka itu dengan kain sorban lalu pergi dan duduk di pintu.
“Malam ini aku tidak akan keluar sampai aku mengetahui bahwa aku telah membunuhnya,” ujar Abdullah bin Utaik.
Maka, ketika ayam berkokok, lalu terdengarlah seseorang mengumumkan dari atas loteng kabar kematian Abu Rafi. Ia pun pulang bersama rekan-rekannya. Dalam riwayat lain disebutkan mereka berlima bersama-sama membunuhnya.
Abdullah bin Utaik kemudian mendatangi Rasulullah Saw dan bercerita kepadanya. Rasulullah saw memerintahkan Abdullah bin Utaik untuk membentangkan kakinya, lalu beliau mengusapnya, setelah itu hilanglah lukanya tanpa tersisa seakan-akan kakinya itu tidak pernah menade sama sekali.