Ahad 25 Feb 2024 11:38 WIB

Amalan Penduduk Makkah dan Madinah di Malam Nisfu Syaban

Penduduk Makkah saat malam Nisfu Syaban bergegas ke masjid.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Umat Islam membaca surah Yasin pada malam Nisfu Syaban 15 Syaban 1444 Hijriah di Masjid Suada, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Selasa (7/3/2023). Malam Nisfu Syaban adalah malam pada pertengahan bulan Syaban atau malam tanggal 15 Syaban yang disebut juga malam pengampunan dosa sehingga banyak umat Islam melakukan ibadah.
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Umat Islam membaca surah Yasin pada malam Nisfu Syaban 15 Syaban 1444 Hijriah di Masjid Suada, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Selasa (7/3/2023). Malam Nisfu Syaban adalah malam pada pertengahan bulan Syaban atau malam tanggal 15 Syaban yang disebut juga malam pengampunan dosa sehingga banyak umat Islam melakukan ibadah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Muhammad bin Ishaq al-Fakihani dalam kitabnya Akhbar Makkah fi Qadim ad-Dahr wa Haditsihi (Kabar-kabar tentang Makkah di masa lalu dan sekarang) mengungkapkan, ternyata menghidupkan malam Nisfu Syaban juga menjadi kebiasaan penduduk Makkah. Setidaknya di masa al-Fakihani (w 272 Hijriyah), ia bercerita seperti ini.

"Penduduk Makkah sejak dahulu sampai hari ini, jika malam Nisfu Syaban hampir kebanyakan mereka, baik laki-laki maupun perempuan itu keluar rumah menuju masjid. Mereka sholat, thawaf, menghidupkan malam itu sampai pagi, dengan membaca Alquran di dalam Masjid al-Haram, sampai mereka mengkhatamkan Alquran."

Baca Juga

"Mereka sholat malam (Nisfu Syaban) itu, di antara mereka ada yang sholat 100 rakaat, membaca Surat al-Fatihah dan al-Ikhlas setiap rakaat sebanyak 10 kali. Mereka mengambil air zamzam malam itu, mereka meminumnya, mandi dengannya dan menyiramkan kepada orang yang sakit, mencari keberkahan malam itu. Banyak juga hadits diriwayatkan tentang malam (Nisfu Syaban) itu."

Termasuk ulama salaf yang menghidupkan malam Nishfu Syaban adalah al-Hafidz Ibnu Asakir.

Abdul Fattah Abu Ghuddah, dalam kitabnya Qimat az-Zaman Inda al-Ulama, menyebutkan bahwa Ibnu Asakir ini ulama yang banyak ibadahnya. 

"(Ibnu Asakir) itu banyak melakukan amalan sunah dan zikir, beliau menghidupkan malam Nisfu Syaban dan malam id dengan sholat dan zikir."

Ibnu al-Jauzi al-Hanbali termasuk ulama yang menganjurkan menghidupakan malam Nisfu Syaban.

Dalam kitabnya at-Tabshirah, beliau menyebutkan, "Wahai para hamba Allah, sesungguhnya malam kalian ini malam Nishfu Syaban, itu mulia, hebat sifatnya, Allah "yaththali'u" terhadap para hamba-Nya, untuk mengampuni mereka kecuali orang yang ingkar terhadap-Nya."

Atha' bin Yasar seorang Tabiin di Madinah menyebut bahwa malam Nishfu Syaban itu malam yang utama setelah Lailatul Qadar.

Atha' bin Yasar menyebutkan sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma'arif.

Dari Atha' bin Yasar berkata, "Tidak ada satu malam setelah Lailatul Qadar yang lebih mulia daripada malam Nisfu Syaban.

Maka, kita juga akan temukan amalan para salaf dalam rangka memuliakan malam Nisfu Syaban ini.

Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma'arif menceritakan bahwa dahulu para ulama salaf dari kalangan Tabiin di Syam bersungguh-sungguh dalam ibadah pada malam Nishfu Syaban. 

Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan, "Pada malam Nisfu Syaban, para Tabiin dari Ahli Syam seperti Khalid bin Mi'dan, Makhul, Luqman bin Amir dan lainnya mereka sangat mengagungkan malam itu dan bersungguh-sungguh dalam ibadah. Dari merekalah orang-orang mengambil fadhilahnya.

Jadi beribadah dengan lebih giat pada malam Nisfu Syaban ini menjadi kebiasaan dari ulama salaf dari kalangan Tabiin, khususnya dari Syam. Demikian dijelaskan Ustaz Hanif Luthfi dalam buku Malam Nishfu Syaban terbitan rumah Fiqih Publishing.

Untuk diketahui, kata "Nisfu" itu berarti setengah. Maka Nisfu Syaban adalah setengahnya bulan Syaban. Dengan demikian, yang dimaksud malam Nisfu Syaban adalah malam dari setengahnya bulan Syaban. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement