REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penguasa bukan sosok yang luput dari kemungkaran atau kesalahan. Karena itu kritik dibutuhkan demi kebaikan sang pemimpin baik untuk pribadinya ataupun terhadap rakyatnya akibat dari kebijakannya yang salah. Maka rakyat harus pula berani memberikan nasihat.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumudin memberikan beberapa contoh bagaimana memberikan nasihat kepada seorang penguasa. Contoh-contoh yang diberikan oleh Al-Ghazali yaitu peristiwa-peristiwa yang dialami oleh para khalifah masa lalu.
Diriwayatkan Khalifah Marwan bin al-Hakam sedang berkhutbah sebelum shalat Hari Raya. Lalu seorang laki-laki berkata kepada Khalifah, "Sesungguhnya khotbah disampaikan setelah Hari Raya." Khalifah Marwan menjawab, "Biarkan aku melakukannya demikian, wahai Fulan!" Said al-Khudri yang hadir waktu itu berkata bahwa laki-laki itu telah menunaikan kewajibannya. Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, cegahlah dengan tangannya. Jika tidak sanggup maka cegahlah dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup juga maka cegahlah dengan hatinya. Dan yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman."
Kemudian ada riwayat lain yang dicontohkan oleh Al-Ghazali tentang memberikan nasihat kepada penguasa. Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki beramar ma'ruf nahi mungkar tanpa meminta izin dulu kepada khalifah Al-Ma'mun.
Tatkala laki-laki itu dibawa ke hadapan Khalifah, dia berkata, "Ya Amirul Mu'minin, aku hanya membantu engkau melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar sesuai dengan tuntutan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Allah Taala berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.." (QS: At-Taubah: 71).
Lihat halaman berikutnya >>>