Kamis 08 Feb 2024 19:22 WIB

Enam Pegangan untuk Raih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Dunia merupakan tempat mengumpulkan perbekalan menuju akhirat.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi sholat sebagai ibadah dan bekal menuju akhirat.
Foto:

Hatim Al Asham berkata, "Ketiga, aku melihat setiap orang memiliki musuh. Menurutku, orang yang menegurku bukanlah musuhku. Demikian juga dengan orang yang berbuat zalim kepadaku dan orang yang menyakitiku. Karena sesungguhnya ia memberikan hadiah amal baiknya kepadaku, sedangkan ia memikul beban kesalahan dan dosaku."

"Akan tetapi musuhku adalah jika aku berada dalam ketaatan kepada Allah, ia menggodaku agar berbuat maksiat kepada Allah. Menurutku dia adalah iblis, nafsu, keduniawian, dan godaan. Maka, aku jadikan semua itu sebagai musuh. Aku berhati-hati terhadap semua itu. Aku persiapkan persiapan untuk memerangi semua itu. Aku tidak membiarkan satu pun dari mereka mendekatiku."

Syaqiq Al Balkhi berkata kepada Hatim Al Asham, "Kamu benar."

Hatim Al Asham melanjutkan jawabannya, "Keempat, aku melihat bahwa setiap manusia dituntut, sedangkan yang menuntut adalah malaikat maut. Maka aku luangkan diriku untuk bertemu dengannya, hingga jika ia datang, aku segera bersamanya tanpa ada halangan."

Mendengar jawaban Hatim Al Asham, Syaqiq Al Balkhi berkata, "Kamu benar."

Hatim Al Asham menambahkan, "Kelima, aku lihat banyak orang, mereka saling mengasihi dan saling membenci. Aku lihat orang yang mengasihi, ia tidak memiliki orang yang ia kasihi walau sedikit pun. Maka, aku renungkan sebab kasih sayang dan kebencian, aku tahu bahwa sebabnya adalah hasad (rasa benci kepada orang lain yang mendapat kenikmatan), maka aku menafikannya dari diriku dengan menafikan penghalang antara aku dengannya, yaitu nafsu. Maka aku kasihi semua orang, aku tidak ridha kepada mereka melainkan seperti keridhaanku terhadap diriku sendiri."

Syaqiq Al Balkhi berkata lagi kepada Hatim Al Asham, "Kamu benar."

Hatim Al Asham berkata, "Keenam, aku melihat bahwa setiap orang yang menempati suatu tempat, ia pasti akan meninggalkan tempat yang ia diami. Tempat kembali semua orang yang bertempat pada suatu tempat pasti yaitu kuburan. Maka aku persiapkan semua kemampuanku untuk itu dengan amal shaleh yang membahagiakanku menuju tempat baru itu yang di baliknya hanya ada surga atau neraka." 

Syaqiq Al Balkhi berkata, "Cukuplah itu, laksanakanlah semua itu hingga kematian."

Demikian kisah guru dan murid yang keduanya sama-sama ulama besar dan zuhud. Setelah belajar 30 tahun dari gurunya, Hatim Al Asham menyimpulkan enam hal penting untuk dijadikan pegangan dalam hidup. Dilansir dari buku Sa'atan Sa'atan (Semua Ada Saatnya) yang ditulis Syekh Mahmud Al Mishri, diterjemahkan Ustaz Abdul Somad, dan diterbitkan Pustaka Al Kautsar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement