Selasa 06 Feb 2024 16:39 WIB

Kisah Orang Munafik di Zaman Rasulullah

Sikap kaum munafik terungkap jelang perang uhud.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Orang munafik di masa Rasulullah (ilustrasi).
Foto: Rudolph Gunold
Orang munafik di masa Rasulullah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Abdullah ibn Ubay ibn Salul adalah tokoh Madinah sekaligus tokoh munafik di zaman Rasulullah saw.  Di hadapan Rasulullah, Ibn Salul adalah seorang Muslim namun di belakang Rasulullah, Ibn Salul menaruh kebencian dan kedengkian terhadap Rasulullah saw.

Dikutip dari buku “Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2” karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallab, sikap kaum Munafik dipimpin Ibnu Salul ini terungkap sebelum terlaksananya perang Uhud. Di mana pada saat Pasukan kaum Muslimin telah sampai di Asy-Syawath, Ibnu Salul menarik diri bersama tiga ratus orang munafik lainnya, dengan alasan tidak mungkin perang melawan orang-orang musyrik dan menolak keputusan Rasulullah untuk perang di luar kota Madinah. 

Baca Juga

la mengatakan, "Mengapa Rasulullah lebih patuh kepada keputusan anak-anak dan orang-orang yang tidak memiliki pendapat. Mematuhi mereka berarti tidak mematuhi saya. Untuk apa kita memerangi diri kita sendiri?!”

Abdullah bin Amr bin Haram, berusaha membujuk mereka untuk kembali bergabung bersama kaum muslimin, namun mereka tetap tidak mau. Dengan demikian, makin berkuranglah jumlah pasukan kaum muslimin hingga yang tersisa hanya tujuh ratus orang.

Tujuan inti dari penolakan ini, adalah agar terjadi goncangan dalam pasukan kaum Muslimin sehingga kekuatan spiritual pasukan kaum Muslimin menjadi runtuh dan musuh menjadi semakin berani dan menang. Perbuatan Ibnu Salul ini merupakan bentuk pengkhiatan yang besar, wujud kebencian terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Dari peristiwa ini terlihatlah hikmah, di mana Allah ingin membersihkan pasukan kaum Muslimin, agar terlihat mana yang kotor dan mana yang baik dari mereka. Supaya Pasukan yang tulus ikhlas tyda tercampur aduk dengan pasukan yang punya tujuan tersembunyi. Agar yang beriman terpisah dari yang munafik". 

Allah berfirman, "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafk) dari yang baik (mukminin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatan kepada kamu hal-hal yang ghaib." (QS Al Imran: 179).

Rasa takut dan gentar, itulah yang menyingkap sikap orang-orang munafk. Jati diri mereka tersingkap di hadapan diri mereka sendiri dan seluruh manusia, sebelum Alqur'an mengungkapkannya.

 

Ketika ibnu salul dan para sahabatnya kembali, Bani Salamah dan Bani Haritsah juga ingin kembali, akan tetapi Allah meneguhkan dan menjaga mereka. Jabir bin Abdillah berkata,  ayat ini turun tentang kami, "Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (Al Imran: 122). 

Maksudnya adalah Bani Salamah dan Bani Haritsah. Sikap orang-orang munafik berdampak pada semangat dua golongan tersebut, mereka berpikir untuk kembali ke Madinah. Akan tetapi mereka kemudian mampu melawan sikap lemah yang menguasai mereka, mereka berhasil memenangkan perlawanan melawan diri mereka sendiri setelah Allah memberikan kuasa kepada mereka, Allah menolak sikap lemah dari diri mereka dan mereka menjadi teguh bersama orang-orang mukmin.

Ada dua pendapat di tengah para sahabat Rasulullah terhadap sikap Ibnu Salul. Pendapat pertama, ingin membunuh orang-orang munafik yang tidak mau membantu kaum Muslimin karena mereka kembali ke Madinah dan memisahkan diri dari pasukan kaum Muslimin. Pendapat kedua, mereka tidak perlu dibunuh. Alqur'an menjelaskan sikap kedua kelompok ini dalam ayat, "Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kami bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya,” (QS An nisa ayat 88)

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement