Senin 05 Feb 2024 17:35 WIB

Mengenal Ketawadhuan Rasulullah, Mengapa Allah Perintahkan Muhammad Tawadhu?

Rasulullah SAW merupakan manusia paling sempurna.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Doa sapu jagat yang sangat disukai Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Doa sapu jagat yang sangat disukai Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rasulullah SAW merupakan manusia paling sempurna di antara manusia lainnya. Ia mempunyai sifat-sifat mulia yang patut dijadikan teladan bagi umatnya. Di antaranya sifat ketawadhuannya. 

Rasulullah adalah utusan Allah di muka bumi ini. Derajatnya paling tinggi di antara lainnya. Dia juga dapat meminta apa pun dari Allah sesuai yang dikehendaki. Namun karena sifat ketawadhuannya itu, Rasulullah disegani oleh umatnya. 

Baca Juga

Dia tidak memanfaatkan keistimewaan dan derajatnya yang tinggi untuk meninggikan diri ketika bertemu dengan orang lain. Sebaliknya ia justru bersikap layaknya orang biasa. Seperti menyapa terlebih dahulu ketika bertemu orang lain.

Al-Ghazali dalam bukunya Akhlak Mulia Rasulullah mengatakan bahwa Rasulullah adalah manusia paling tawadhu dalam kedudukannya yang tinggi. Ada banyak peristiwa yang menunjukkan ketawadhuan Rasulullah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Amir RA, "Aku pernah melihat Rasulullah melempar jamrah di atas unta abu-abu, tanpa menghardik dan tanpa berbuat kasar."

Al-Ghazali mengungkapkan peristiwa lainnya, yakni ketika seorang laki-laki dihadapkan kepada Rasulullah. Laki-laki itu gemetar ketakutan karena takjub menyaksikan kewibawaannya. Melihat anak laki-laki itu gemetar ketakutan, Rasulullah berkata, "Ringankanlah dirimu, aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang perempuan Quraisy yang memakan potongan daging kering" (HR Al Hakim).

Para sahabat Nabi adalah orang yang banyak menyaksikan ketawadhuan Rasulullah. Dia sering kali tidak meninggikan diri ketika berkumpul dengan para sahabat. Sifat ketawadhuan Rasulullah tecermin dalam tingkah laku lainnya.

Dia tidak segan untuk menjenguk orang sakit. Kemudian Rasulullah juga ikut mengantar jenazah serta menghadiri undangan seorang budak. Dalam hal berpakaian, Dia juga tidak malu menambal sandal, menjahit pakaian dan membantu pekerjaan rumah tangga bersama istri-istrinya.

Allah memerintahkan agar Rasulullah memiliki sifat tawadhu. Dan Rasulullah menjalankannya dengan baik. Itu karena dia mempunyai hati yang bersih. Perintah tawadhu sebagaimana Firman Allah surah Asy Syu'ara' ayat 215:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ

Wakhfiḍ janāḥaka limanittaba‘aka minal-mu'minīn(a).

Artinya: "Rendahkanlah hatimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang mukmin."

Tafsir tahlili dalam Quran Kemenag menjelaskan maksud ayat tersebut bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar rendah hati dan ramah kepada orang yang baru saja beriman dan mereka yang menerima seruannya. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad tidak sombong agar mereka tertarik dan timbul rasa kasing sayang sesama mukmin. 

Sebab cara-cara lembuh adalah dakwah yang dapat menarik simpati orang. Dengan sikap tawadhu' yang diperintahkan Allah maka dakwah akan berhasil.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ 

Artinya: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement