Keempat, memilih diam atas banyak bicara, yaitu meninggalkan ucapan-ucapan yang tidak ada manfaatnya atau tidak mengandung kebaikan.
Kelima, memilih maut atas kehidupan. Menurut pandangan ahli, yang dimaksud dengan maut di sini adalah mengekang keinginan nafsu. Siapapun yang keinginan nafsunya mati, maka ia akan hidup. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.
Maut itu terbagi menjadi empat bagian. Pertama, kematian merah, yaitu menentang ajakan hawa nafsu. Kematian putih, yaitu perut yang lapar, karena lapar itu dapat menerangi batin dan memutihkan hati nurani. Siapapun yang tidak pernah kenyang, maka hiduplah kecerdasannya.
Ketiga, kematian hijau, maksudnya adalah memakai pakaian usang yang tidak berharga (sederhana dalam berpakaian), demi memenuhi sikap zuhud dan qana'ah.
Kematian hitam, maksudnya yaitu memikul penderitaan dari perbuatan orang lain yang disebut Fanaa billah (merasa lenyap dirinya, karena tenggelam kepada Allah). Yaitu menyadari bahwa pada hakikatnya penderitaan itu adalah berasal dari Allah, karena dengan melihat lenyapnya semua perbuatan akan tenggelam dalam perbuatan yang sangat dicintainya.