REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menyampaikan pandangan soal empat gerhana matahari dan bulan yang akan terjadi selama tahun ini.
Dia menjelaskan, gabungan gerhana bulan dan gerhana matahari umumnya terjadi empat kali dalam satu tahun. "Gerhana bulan bisa 14 hari sebelum atau sesudah gerhana matahari. Masing-masing berselang 6 bulan," kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (27/1/2024).
Thomas mengatakan, jumlah maksimum gerhana matahari dan bulan adalah tujuh kali dalam satu tahun. Dia menjelaskan, matahari bergerak ke arah timur sekitar 1 derajat per hari. Dalam jangka waktu dari bulan baru ke bulan baru berikutnya, matahari menempuh jarak 29,5 derajat. Ini kurang dari 2 kali limit gerhana.
Karena itu, Thomas memaparkan, bisa terjadi maksimal dua kali gerhana matahari berturutan. Misalnya sebagaimana yang terjadi pada 1 Juli dan 31 Juli 2000. Gerhana matahari terjadi di sekitar titik nodal. Ketika matahari melintasi titik nodal disebut musim gerhana.
Di sepanjang ekliptika, lanjut Thomas, ada dua titik nodal sehingga dalam satu tahun ada dua musim gerhana berselang 6 bulan. Maka, minimal dalam satu tahun terjadi dua kali gerhana matahari berselang 6 bulan.
"Bila gerhana matahari terjadi pada awal Januari, kemungkinan (tetapi tidak selalu) pada tahun tersebut terjadi 5 kali gerhana matahari. Misalnya, pada tahun 1935, terjadi gerhana matahari pada 5 Januari, 3 Februari, 30 Juni, 30 Juli, 25 Desember," ujarnya.
Karena gerhana matahari selalu diikuti atau didahului gerhana bulan yang berselang sekitar 14 hari, maka jumlah gerhana matahari dan bulan maksimum dalam 1 tahun mencapai tujuh gerhana.
Dr Nadiah Thayyarah dalam "Sains dalam Al-Qur'an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah", menjelaskan, ketika putra Nabi Muhammad SAW, Ibrahim, yang masih sangat kecil itu meninggal dunia, kemudian terjadi peristiwa gerhana matahari. Para sahabat pun mengira bahwa gerhana matahari disebabkan oleh kematian Ibrahim.
Nabi SAW merespons dengan tidak mencampuradukkan antara fenomena alam dengan perasaan yang sedang melanda kaum muslim. Abu Bakrah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, gerhana matahari dan bulan adalah salah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian sese- orang maupun lahirnya seseorang. Dengan gerhana itu, Allah menginginkan hamba-hamba-Nya bertakwa." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nadiah juga menjelaskan, gerhana matahari dan bulan adalah isyarat dari Allah akan nikmat-Nya. Gerhana matahari dan bulan juga menjadi bukti kebesaran Allah SWT.
Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
"Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, mata-hari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Fussilat ayat 37)
Lantas bagaimana mungkin bulan bisa menutupi matahari, padahal bulan 400 kali lebih kecil dari matahari? Nadiah memaparkan, jarak matahari ke bumi 400 kali lebih jauh daripada jarak matahari ke bulan. Inilah yang menyebabkan ukuran matahari dan bulan tampak sama (dari bumi). "Karena itu, bulan bisa menutupi sinar matahari secara keseluruhan jika ia berada di antara bumi dan matahari," tuturnya.