6. Apabila sebagian anggota tubuhnya ada tulang yang retak yang diperban dengan kain atau dengan gips, maka ia menyeka pembalut itu dengan air sebagai ganti membasuhnya. Dalam kondisi demikian, ia tidak perlu untuk bertayamum karena menyeka itu menggantikan membasuh tersebut.
7. Diperbolehkan bertayamum dengan (menempelkan pada) dinding, atau sesuatu suci yang ada debu menempel di atasnya. Dan apabila dinding itu dilebur dengan benda lain yang tidak termasuk kategori tanah seperti cat misalnya, maka tidak boleh bertayamum dengan itu. Kecuali bila di atasnya itu terdapat debu.
8. Apabila tidak mungkin dilakukan tayamum di atas tanah atau pada dinding, atau sesuatu yang memiliki debu, maka diperbolehkan meletakkan debu itu di dalam bejana atau sapu tangan untuk bertayamum dengannya.
9. Apabila seseorang bertayamum untuk melakukan sholat, kemudian tayamummnya itu tidak batal hingga masuknya waktu sholat yang lain, makai a melakukan sholat dengan tayamummnya yang pertama tanpa mengulanginya untuk sholat yang kedua, karena ia dalam keadaan suci sebelum ada yang membatalkannya.
10. Orang sakit wajib membersihkan tubuhnya dari segala bentuk najis. Namun apabila ia tidak sanggup melakukannya, makai a melakukan sholat dengan kondisinya yang demikian. Sholatnya sah dan ia tidak perlu mengulanginya.
Orang sakit wajib...
Ikuti Whatsapp Channel Republika
