Ahad 21 Jan 2024 13:07 WIB

Di Bulan Rajab Ini, Umat Muslim Dulu Taklukkan Romawi dan Bebaskan Masjid Al Aqsa  

Rajab merupakan salah satu dari empat bulan hurum yang dimuliakan

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem (ilustrasi). Rajab merupakan salah satu dari empat bulan hurum yang dimuliakan
Foto:

Setelah tiga bulan berjibaku dalam pertempuran Hattin atau pada 2 Oktober 1187, pasukan tentara Islam yang dipimpin Salahuddin Al Ayubi berhasil menaklukan dan membebaskan kota suci itu dari kezaliman dan kebiadaban.

Selain itu, di bulan Rajab pula, terjadi peristiwa Isra Miraj. Selama Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dengan Malaikat Jibril dari Ka'bah di Makkah ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Dari sana beliau SAW memulai perjalanannya melewati tujuh langit pada tanggal 27 Rajab. Saat di Masjid Al Aqsa, Nabi SAW mengimami para nabi terdahulu. Selama perjalanan Isra Miraj Nabi mengendarai kendaraan yang disebut buraq.

Adapun keutamaan bulan Rajab dari aspek ibadah, Ulama Sepuh Al Azhar Kairo Mesir, Syekh Attiya Saqr menjelaskan bahwa Al Hafiz Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al Asqalani telah menulis catatan atau risalah berjudul "Tabyin Al 'Ajabb bi Maa Waroda fii Fadhl Rajab", yang isinya membahas ihwal bulan Rajab.

Catatan itu menyebutkan 18 nama untuk bulan Rajab. Tiga di antaranya yang terkenal ialah Al Asham, Al Ashab, dan Munshil Al Asinnah.

Disebut Al Asham, yang bermakna tuli, karena di bulan itulah tidak terdengar dentingan senjata. Orang-orang Arab pada masa itu menganggap Rajab sebagai bulan yang diharamkan berperang. Juga disebut Al Ashab karena curahan rahmat Allah SWT di bulan tersebut.

Adapun penyebutan bulan Rajab sebagai Munshil Al Asinnah, didasarkan pada riwayat Abu Raja' Al Atharidi, yang berkata:

كُنَّا نَعْبُدُ الْحَجَرَ فَإِذَا وَجَدْنَا حَجَرًا هُوَ أَخْيَرُ مِنْهُ أَلْقَيْنَاهُ وَأَخَذْنَا الْآخَرَ فَإِذَا لَمْ نَجِدْ حَجَرًا جَمَعْنَا جُثْوَةً مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ جِئْنَا بِالشَّاةِ فَحَللَبْنَاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ طُفْنَا بِهِ فَإِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَجَبٍ قُلْنَا مُنَصِّلُ الْأَسِنَّةِ فَلَا نَدَعُ رُمْحًا فِيهِ حَدِيدَةٌ وَلَا سَهْمًا فِييهِ حَدِيدَةٌ إِلَّا نَزَعْنَاهُ وَأَلْقَيْنَاهُ شَهْرَ ررَجَبٍ

"Dulu kami menyembah batu. Jika kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami melemparkannya dan mengambil yang lain. Dan bila kami tidak menemukan batu, kami mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya. Bila datang bulan Rajab, kami mengatakan, 'Tidak ada peperangan' (Munasshil Al Asinnah), sehingga kami tidak membiarkan tombak maupun panah yang tajam kecuali kami cabut dan kami lemparkan sebagai pengagungan terhadap bulan Rajab." (HR Bukhari)

Dalam catatan tersebut, Ibnu Hajar Al Asqalani juga menyampaikan, puasa di bulan Rajab dibolehkan selama menganggapnya sebagai amalan sunnah, tidak menjadikannya wajib, tidak menentukan hari-hari khusus di bulan Rajab untuk puasa, dan tidak mengkhususkannya pada malam-malam tertentu.

Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya

Di akhir catatan risalah ini, Ibnu Hajar Al Asqalani, yang merupakan pensyarah Shahih Bukhari, menukil perkataan Ibnu Dahiyah, sebagai berikut:

 الصِّيام عَمَلُ بِرٍّ، لا لفضل صوم شهر رجب فقد كان عمرُ ينهَى عنه.

"Puasa (di bulan Rajab) adalah amal saleh, (tetapi) bukan karena keutamaan puasa di bulan Rajab, sebagaimana Umar RA melarangnya."

 

Sumber: islamonline

photo
Infografis Lima Fakta Seputar Rajab - (Infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement