Senin 15 Jan 2024 12:07 WIB

Awal Perkembangan Islam di Afrika Selatan dan Peran Muslim Indonesia Tahun 1652-1699

Orang-orang Melayu Batavia yang pertama kali datang ke Afrika Selatan adalah Muslim.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Menara Masjid Al-Awal (Owal), masjid pertama di Cape Town, Afrika Selatan.
Foto:

Sejak tahun 1681 para pangeran Makassar tiba di Tanjung (Cape Town). Mereka ditempatkan di istal di Castle of Good Hope. Peran orang-orang buangan dalam pendirian Islam terlalu dilebih-lebihkan. Namun, sebagai mantan kepala negara di kepulauan Indonesia, mereka tidak mempunyai pengaruh langsung dalam pembentukan dan pengembangan Islam di Tanjung (Cape Town).

Syekh Yusuf (Abidin Tadia Tjoessoep) lahir pada tahun 1626 dari keluarga bangsawan di Gowa di Hindia Timur (Sulawesi Selatan, Indonesia). Ia berjuang bersama dan mendukung Sultan Agung dari Banten dalam perangnya melawan Belanda. 

Dua kali Syekh Yusuf melarikan diri dari tahanan Belanda di Timur, namun akhirnya dibujuk pada tahun 1694 untuk menyerah dengan janji pengampunan. Belanda tidak menepati janjinya dan Syekh Yusuf dibuang, bersama keluarga dan pengikutnya, ke Kastil di Batavia dan kemudian dia dipindahkan di bawah pengawalan bersenjata ke Kastil di Colombo, Ceylon (sekarang Sri Lanka). 

Khawatir akan pengaruh Syekh Yusuf di Ceylon, Belanda mengasingkannya ke Tanjung Harapan (cape Town) sepuluh tahun setelah penyerahan awalnya. Syekh Yusuf tiba di kapal De Voetboog pada tanggal 2 April 1694 bersama dengan 49 pengiringnya termasuk dua istrinya (Carecontoe dan Carepane), dua pembantu perempuan (Mu'minah dan Na'imah), 12 anak, 12 imam (pemimpin agama) dan beberapa teman bersama keluarganya. 

Syekh Yusuf disambut secara meriah oleh Gubernur Simon Van Der Stel di Cape Town. Mereka ditempatkan di sebuah peternakan di Zandvleit, dekat muara Sungai Eerste di Cape, jauh dari Cape Town, pada tanggal 14 Juni 1694. Upaya Kompeni untuk mengisolasi Syekh Yusuf di Zandvleit tidak berhasil. Sebaliknya, Zandvleit ternyata menjadi tempat berkumpulnya budak-budak 'buronan' dan orang-orang buangan lainnya dari Timur. Di sinilah komunitas Muslim pertama yang bersatu di Afrika Selatan didirikan. Karena banyak pengikut Syekh Yusuf berasal dari Makasar, distrik di sekitar Zandvleit sekarang masih dikenal sebagai Macassar.

Tahun 1697 Kedatangan Raja Tambora di Afrika Selatan

Pengasingan politik lainnya yang dibawa ke Tanjung (Cape Town) adalah Abdul Basi Sultania, Raja Tambora. Tambora awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang berbasis Jawa. Raja Tambora tiba di Tanjung Harapan dengan dirantai, dijatuhi hukuman karena aktif menentang Perusahaan Hindia Timur Belanda di negara asalnya (Pulau Sumbawa, Indonesia).

Setibanya di Cape, Abdul Basi Sultania ditempatkan di sebuah kandang di Kastil di Cape Town, tetapi atas campur tangan Syekh Yusuf, otoritas Cape memindahkan Raja Tambora ke Vergelegen di distrik Stellenbosch untuk hidup terisolasi dan jauh dari pengasingan politik lainnya. Robert Shell berpendapat bahwa pemimpin Voortrekker, Piet Retief, adalah keturunan Raja Tambora.

Raja Tambora, saat tinggal terisolasi bersama keluarganya di Vergelegen, menulis Alquran yang dihafalnya kemudian diberikan sebagai hadiah kepada Gubernur, Simon Van Der Stel. Alquran ini, yang pertama yang ditulis di Cape Colony, mungkin tidak pernah keluar dari Vergelegen.

Syekh Yusuf meninggal pada tanggal 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun. Tidak lama setelah kematiannya, Raja Gowa mengajukan petisi kepada Gubernur Jenderal Belanda dan Dewan di Batavia untuk memindahkan janda, anak, sahabat dan pembantu Syekh Yusuf kembali ke Batavia. Maka pada tahun 1704, setelah banyak mengajukan petisi, Kompeni hanya mengizinkan para janda dan anak perempuan Syekh Yusuf untuk kembali ke Batavia dengan dua kapal yakni De Liefde dan De Spiegel. 

Sedangkan putra dan cucu Syekh Yusuf, hanya mereka yang berusia di bawah lima dan enam tahun yang diperbolehkan pulang ke Batavia. Kompeni memutuskan untuk mempertahankan sahabat dan pelayan Syekh Yusuf dan mengevaluasi mereka. Mereka dipaksa bekerja sampai masa kerja mereka dianggap cukup sebagai imbalan atas biaya yang dikeluarkan untuk memelihara Syekh Yusuf dan pengiringnya di Zandvleit. 

Salah satu putri Syekh Yusuf, Zytia Sara Marouff, yang menikah dengan Raja Tambora yang diasingkan di Tanjung Harapan, tetap tinggal, dan dua pengikut Syekh Yusuf meminta izin kepada otoritas Tanjung Harapan untuk tinggal di Tanjung Harapan. Makam Syekh Yusuf terletak di Zandvleit, Faure, di Tanjung Harapan. Bangunan ini dibangun kembali seperti yang ada saat ini oleh Haji Sullaiman Shahmohammed, seorang dermawan Muslim dari Cape Town, pada tahun 1927.

Fuji E Permana

 

Sumber:

https://www.sahistory.org.za/archive/history-muslims-south-africa-1652-1699-ebrahim-mahomed-mahida

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement