Senin 15 Jan 2024 04:28 WIB

Masa Kecil Abah Guru Sekumpul, Menyesal Main Batang Pohon Pisang

Guru Sekumpul dikenal sebagai pendakwah kearifan Islam.

Rep: Mabruroh/ Red: Erdy Nasrul
Guru Sekumpul
Foto: jatman.or.id
Guru Sekumpul

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Masa kecil Abang Guru Sekumpul berbeda dengan anak-anak pada usianya. Abah Guru Sekumpul yang memiliki nama asli Muhammad Zaini bin Abdul Ghani merupakan seorang waliyullah dan ulama besar dari Kalimantan Selatan.

Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul sudah mempelajari ilmu tauhid dan Alquran oleh orangtuanya. Budi pekerti yang luhur, welas asih, cinta kasih, serta hormat kepada para guru dan ulama, juga telah ditanamkan oleh keluarganya. 

Baca Juga

Dikutip dari buku “Kisah Guru Sekumpul” karya Alif Toha dan Sterno Pena, sifat kasih sayang itu ditanamkan langsung oleh ayahnya sendiri. Misalnya, pada saat hujan turun dengan deras, sedangkan rumah Guru Sekumpul yang bangunannya sudah tua dan reot tidak mampu menahan derasnya air hujan, sehingga ketika hujan turun, atap selalu bocor.

Saat itu, ayahnya sendiri yang menutupi tubuh kecil Guru Sekumpul dari tetesan air hujan. Ayahnya menahan dan membiarkan dirinya terkena siraman air hujan, asalkan anaknya tidak kebasahan.

Ayah dari Guru Sekumpul adalah Abdul Ghani bin Abdul manaf, beliau merupakan seseorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala masalah dan cobaan dalam hidup dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Beliau tidak pernah mengeluh kepada siapapun.

Abah Guru Sekumpul, besama keluarganya hanya makan satu nasi bungkus yang dimakan beramai-ramai. Namun tidak pernah satu kalipun diantara mereka yang mengeluh. 

Pada masa itu, ayahnya membuka usaha jualan kedai minuman. Setiap kali ada sisa minuman teh, ayahnya selalu bilang minta izin Kepada pembeli untuk diberikan kepada orang yang bernama Qusyairi, sehingga sisa minuman itu, dikumpulkan dan diberikan kepadanya untuk diteruskan kepada keluarga atau tetangga.

Ayah Guru Sekumpul mengatur usahanya dengan sistem dagang. Setiap keuntungan dagang itu dibagi menjadi tiga, Sepertiga untuk kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiganya keuntungan untuk disumbangkan atau disedekahkan di jalan Allah SWT. Salah seorang ustad pernah mengomentari hal ini, “Bagaimana tidak berkah kalau hidupnya seperti itu". 

Pernah waktu kecil Qusyairi (nama panggilan masa kecil Guru Sekumpul) bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari batang pisang. Tetapi kemudian ayahnya keluar dari rumah dan melihatnya.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement