Ahad 14 Jan 2024 07:16 WIB

Sekjen PDIP Sambangi Kediaman Keluarga Korban Kekerasan yang Meninggal di Sleman

Hasto menilai kejadian ini menjadi pelajaran yang berharga.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di kediaman keluarga korban yang meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah oknum pendukung, Sabtu (13/1/2024).
Foto: PDI Perjuangan
Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di kediaman keluarga korban yang meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan oleh sejumlah oknum pendukung, Sabtu (13/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengunjungi kediaman keluarga Muhandi Mawanto, pemuda 22 tahun asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan sejumlah oknum di Simpang Tiga Maguwoharjo, pada Ahad (24/1/2023) lalu. Hasto menyampaikan duka kepada ibu dan istri korban. 

"Ketika kami mendengar ada korban tindak kekerasan dan menimpa Almarhum Mas Andi maka kami datang untuk menyampaikan duka cita dari Ibu Megawati dan keluarga besar PDIP dan mendoakan Almarhum Mas Andi semoga diampuni dosa-dosanya, diterima Tuhan yang Maha Kuasa, dilancarkan jalannya, dan keluarga yang ditinggalkan dapat ditabahkan," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (13/1/2024).

 

Hasto berpesan agar anaknya dididik dengan sebaik-baiknya. PDIP juga memberikan beasiswa kepada anak korban.

 

Turut hadir mendampingi Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Totok Hedi Santosa dan anggota DPR RI My Esti Wijayati dalam kegiatan tersebut. Hasto menilai kejadian ini menjadi pelajaran yang berharga agar tidak boleh ada kekerasan lagi atas nama siapa pun. 

 

"Tadi Mbak Esti menceritakan Mas Andi ini bagian dari pejuang partai yang sejak dulu mendukung Pak Jokowi. Hanya sayang kali ini beliau harus meninggal di medan juang dan berhadapan dengan orang yang dulu beliau bela dengan taruhan nyawa juga," ucapnya.

 

Hasto mengatakan mereka yang telah duduk sebagai pemimpin harus memperjuangkan kekuasaan untuk rakyat, bukan untuk keluarga. Sebab menurutnya ada banyak simpatisan yang juga menjadi korban.

 

"Ini menjadi pembelajaran untuk menjadi pemimpin bisa menjadi presiden karena perjuangan dari seluruh komponen rakyat dari yang paling bawah. Jangan pernah lupakan tetesan keringat dari anak ranting, ranting, PAC. Siapa yang melupakan tetesan keringat dari rakyat yang berjuang dengan penuh ketulusan lalu setelah mendapat kekuasaan hanya untuk keluarga lupa kekuasaan itu untuk rakyat, maka kebenaran akan ditegakkan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement