Kamis 11 Jan 2024 14:39 WIB

Menjelang Pemilu, Ingat Pesan Sunan Gunung Jati Ini

Sunan Gunung Jati adalah ulama besar sekaligus raja atau sultan penguasa Cirebon.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Anak-anak berjalan di dekat alat peraga kampanye bendera yang terpasang pada jembatan penyeberangan orang di Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta, Rabu (10/1/2024). Pemasangan alat peraga kampanye pada sarana publik tersebut mengganggu estetika keindahan kota. KPU DKI Jakarta melarang peserta pemilu memasang alat peraga kampanye di tempat-tempat yang sudah ditentukan diantaranya seperti jalan protokol, jalur hijau serta sarana dan prasarana publik.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak berjalan di dekat alat peraga kampanye bendera yang terpasang pada jembatan penyeberangan orang di Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta, Rabu (10/1/2024). Pemasangan alat peraga kampanye pada sarana publik tersebut mengganggu estetika keindahan kota. KPU DKI Jakarta melarang peserta pemilu memasang alat peraga kampanye di tempat-tempat yang sudah ditentukan diantaranya seperti jalan protokol, jalur hijau serta sarana dan prasarana publik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia sebentar lagi akan mengadapi pemilihan umum (pemilu), di antaranya yang menyita perhatian adalah pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres dan Cawapres). Menjelang pemilu sering kali diwarnai dengan perdebatan dan gesekan antarpendukung capres dan cawapres, seperti perdebatan dan gesekan yang biasa terjadi di dunia maya atau media sosial.

Alangkah baiknya jika masyarakat dan calon pemimpin mengingat kembali pesan-pesan atau petatah-petitih dari Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah yang dikenal sebagai seorang wali dari sembilan wali atau wali songo.

Baca Juga

Sebagaimana diketahui, Sunan Gunung Jati adalah ulama besar sekaligus raja atau sultan penguasa Kerajaan Cirebon. Sunan Gunung Jati meski menjadi seorang raja sering kali blusukan ke berbagai daerah pelosok untuk mengenalkan dan mengajarkan agama Islam yang bersumber dari Alquran dan hadits.

Berikut ini pesan-pesan Sunan Gunung Jati yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan.

Singkirna sifat kanden wanci. Duweha sifat kang wanti.

Amapesa ing bina batan. Angadahna ing perpadu.

Aja ilok ngamad kang durung yakin. Aja ilok gawe bobat. Kenana ing hajate wong.

Aja dahar yen during ngeli. Aja nginum yen during ngelok. Aja turu yen during ketaken arif.

Yen kaya den luhur. Aja ilok rarohi ing wong. Den bisa megeng ing nafsu. Angasana diri. Tepo saliro dan adol.

Ngoletena rejeki sing halal. Aja akeh kang den pamrih. Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur.

Gegunem sifat kang panuji. Aja ilok gawe lara ati ing wong. Ake lara ati, namung saking duriat.

Aja ngagungaken ing salira. Aja ujub ria suma takabur. Aja duwe ati ngunek. (Sunan Gunung Jati)

Terjemahan:

Jauhi sifat yang tidak baik. Miliki sifat yang baik.

Jangan serakah atau berangasan dalam hidup. Jauhi pertengkaran.

Jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Jangan suka berbohong.

Kabulkan keinginan orang.

Jangan makan sebelum lapar. Jangan minum sebelum haus. Jangan tidur sebelum mengantuk.

Jika kaya, harus dermawan. Jangan suka menghina orang. Harus dapat menahan nafsu. Harus mawas diri. Tampilkan prilaku yang baik.

Carilah rezeki yang halal. Jangan banyak mengharap pamrih. Jika bersedih, jangan diperlihatkan agar cepat hilang.

Miliki sifat terpuji. Jangan suka menyakiti hati orang. Jika sering disakiti orang, hadapilah dengan kecintaan, tidak dengan aniaya.

Jangan mengagungkan diri sendiri. Jangan sombong dan takabur. Jangan dendam. (Sunan Gunung Jati)

 

Melihat pesan-pesan Sunan Gunung Jati tersebut, masyarakat maupun calon pemimpin dapat mengambil pelajaran agar menjauhi sifat yang tidak baik, dan memiliki sifat yang baik. Juga jangan serakah, dan para pendukung capres-cawapres jauhi pertengkaran. Jangan mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya dan jangan berbohong.

Pesan-pesan Sunan Gunung Jati tersebut dikutip dari buku Biografi Sunan Gunung Jati: Sang Penata Agama di Tanah Sunda yang ditulis Wawan Hernawan dan Ading Kusdiana diterbitkan LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement