Senin 08 Jan 2024 16:52 WIB

Perang Tabuk Buktikan Kepiawaian Rasulullah SAW Sebagai Panglima Tertinggi 

Rasulullah SAW mengatur strategi langsung Perang Tabuk

Rep: Imas Damayanti / Red: Nashih Nashrullah
Perang dalam Islam (ilustrasi). Rasulullah SAW mengatur strategi langsung Perang Tabuk
Foto: Republika
Perang dalam Islam (ilustrasi). Rasulullah SAW mengatur strategi langsung Perang Tabuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam khazanah Islam, Nabi Muhammad SAW merupakan panglima tertinggi yang sangat memahami pertahanan dan keamanan dalam menjaga kedaulatan bangsa. Hal ini salah satunya dicontohkan Nabi dalam Perang Tabuk. 

Perang Tabuk sebenarnya merupakan sambungan dari perang sebelumnya, yakni Perang Mu’tah. 

Baca Juga

Nabi Muhammad SAW mendengar kabar bahwa Bizantium dan sekutunya yaitu Ghassaniyah telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz guna menekan penyebaran kekuatan Muslim dengan pasukan sebanyak 40 ribu-100 ribu orang.

Dalam buku Islam Agama Perdamaian karya Ustadz Ahmad Sarwat dijelaskan, di lain pihak Kaisar Romawi Heraclius menganggap bahwa kekuasaan Muslim di jazirah Arab berkembang dengan pesat sehingga sebelum semakin berkembang, Heraclius berupaya untuk menaklukkan Arab.

Maka sebagai upaya preventif melindungi umat Islam di Madinah, Rasulullah SAW menyiapkan pasukan yang terdiri dari 70 ribu orang. 

Yakni jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam pada masa itu. Maka pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW memaklumatkan Perang Tabuk setelah enam bulan peristiwa Pengepungan Thaif.

Hadirnya perang Tabuk yang dimaklumatkan Nabi setidaknya dapat diambil dalam dua kesimpulan. Pertama adalah tentang cinta tanah air, dan yang kedua adalah tentang perlindungan dan penjagaan diri dan bangsa yang strategis.

Perang yang berkecamuk bukan didasari Nabi Muhammad SAW sebagai tindakan memberangus suatu penduduk atau bangsa lain. Namun merupakan jalan satu-satunya yang terdesak yang perlu Nabi Muhammad SAW lakukan guna melindungi kepentingan umat, bangsa, dan juga keselamatan-kepentingan banyak pihak.

Panglima bersahaja 

Sejarah Islam dan juga Alquran mencatat sejumlah peperangan yang terjadi pada masa awal Islam. Dalam bahasa Arab, peperangan itu disebut ghazwah dan sariyya. Keduanya sama-sama melibatkan kaum Muslimin, namun ghazwah diikuti langsung oleh Rasulullah, sementara sariyya tanpa beliau.

Lebih dari 25 ghazwah pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Namun, dari jumlah tersebut, hanya sembilan peperangan yang berakhir dengan pertempuran. 

Baca juga: Sedang Sedih dan Gelisah Hebat? Baca Doa Rasulullah SAW Ini

Selebihnya diakhiri oleh menyerahnya pihak musuh atau tercapainya perdamaian. Pertempuran-pertempuran tersebut, di antaranya, Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq (Parit), Perang Khaibar, Fathu Makkah, Perang Hunain, dan Perang Tabuk.  

Sebagai panglima yang menggerakkan perang untuk membela Islam, Rasulullah SAW tidak berpegang, tetapi pada ketentuan Allah. Semua itu tercermin dalam peperangan-peperangan yang dipimpinnya, termasuk strategi perang dan caranya memperlaku kan para tawanan perang.

Di luar itu, Rasulullah SAW dikenal sebagai panglima yang mampu menimbulkan perasaan takut dalam diri para musuhnya, tahu cara terbaik memperoleh informasi tentang kekuatan musuh, serta memotivasi pasukannya untuk tidak gentar.

photo
Penjelasan tentang cobaan yang dialami Nabi Muhammad yang sangat berat - (Republika)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement