REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Orang yang memiliki ilmu harus senantiasa dibarengi oleh takwa dan adab. Tanpa keduanya atau hanya salah satunya saja, maka ia merupakan orang yang merugi.
Dalam kitab Ta'lim Muta'lim dijelaskan mengenai sebuah nasihat pentingnya mencari ilmu dan juga menguatkan ketakwaan. Khususnya jika orang tersebut masih muda.
Berikut syair nasihatnya:
مَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَعَلُّمِ سَاعَةً #
تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ
وَمَنْ فَاتَهُ التَعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ #
فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِه
حَيَاةُ الفَتَى وَاللهِ بِالعِلْمِ وَالتُقَىِ #
إِذَا لَمْ يَكُوْنَا لاَ اعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
"Man lam yadzuq dzulla atta'limi saa'ah. Tajarra'a dzullal jahli tha hayatih. Wa man faatahu atta'limu waqta syababih. Fakabbir alaihi arba'an liwafaatihi. Hayaatul fataa wallahi bil ilmi wattuqa. Idza lam yakjna la'tibaara lidzaatihi."
Yang artinya, "Barang siapa tidak pernah merasakan susahnya belajar walau sebentar, maka dia akan merasakan susahnya (hidup bersama) kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barang siapa melewatkan belajar pada masa muda, maka bertakbirlah empat kali untuknya atas kematiannya.
Demi Allah, hidup pemuda itu dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada, maka tidak ada nilai keberadaan/kehidupan ia (di dunia dan akhirat)."
Menuntut ilmu dalam Islam
Dalam kitab Ikhtisar Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan orang yang menuntut ilmu dapat terselamatkan dari perkara-perkara yang membinasakannya. Dijelaskan pula bahwa dengan menuntut ilmu, manusia tengah berupaya (berikhtiar) mencari jalan terang (nur) untuk menuju kebaikan.
Ilmu yang baik, menurut Imam Al-Ghazali, adalah ilmu yang mendekatkan pemiliknya pada akhirat. Apapun jenis ilmu yang diperolehnya, asalkan ilmu tersebut menuntunnya menuju hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Imam Waki guru Imam Syafii pernah memberikan wejangan tentang perkara ilmu. Dalam kitab Ianatut Thalibin, Imam Syafii bercerita, “Syakautu ila Waki-I su-a hifzhi fa arsyadani ila tarkil-ma’ashi, wa akhbarani biannal-ilma nurun wa nurullahi la yuhda li-ashi."
Yang artinya, “Aku pernah mengadukan kepada Imam Waki (guru Imam Syafii) tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau mengatakan padaku untuk meninggalkan maksiat. Imam Waki berkata bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para ahli maksiat."