Selasa 26 Dec 2023 15:12 WIB

Ayat-Ayat Alquran Landasan Fatwa MUI Sikapi Muslim yang Ikut Rayakan Natal  

Fatwa MUI tegaskan larangan Mulim ikut perayaan natal bersama

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Natal. Fatwa MUI tegaskan larangan Mulim ikut perayaan natal bersama
Foto:

Ketiga, umat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al-Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain. Berdasarkan Alquran Surat Maryam Ayat 30-32, Surat Al-Maidah Ayat 75, dan Surat Al-Baqarah Ayat 285.

مَّا ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ ٱلطَّعَامَ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلْءَايَٰتِ ثُمَّ ٱنظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Artinya: Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS Al-Maidah Ayat 75)

Keempat, siapa yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa al-Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik. Berdasarkan Alquran Surat Al-Maidah Ayat 72-73 dan Surat At-Taubah Ayat 30.

وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ عُزَيْرٌ ٱبْنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ ٱللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَٰههِهِمْ ۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوْلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَبْلُ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَككُونَ

Artinya: Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS At-Taubah Ayat 30)

Kelima, Allah SWT pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab, “Tidak.” Hal itu berdasarkan Alquran Surat Al-Maidah Ayat 116-118.

وَإِذْ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ءَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِى وَأُمِّىَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَٰنَكَ مَا يَكُونُ لِىٓ أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِى بِحَقٍّ ۚ إِن كُنتُ قُلْتُهُۥ فَقَدْ عَلِمْتَهُۥ ۚ تَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِى وَلَآ أَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلْغُيُوبِ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." (QS Al-Maidah Ayat 116).

Keenam, Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu. Berdasarkan Alquran Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4.

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ Artinya: 1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. (QS Al-Ikhlas Ayat 1)

Maka dari itu, sebagai umat Islam harus bijak dalam membedakan mana perkara aqidah dan mana perkara muamalah, mana hal-hal yang menjadi prinsip agama dan mana hal-hal yang berhubungan dengan interaksi sosial.

Baca juga: Ketika Dilanda Kesulitan Hidup, Bacalah Dzikir Istimewa Rasulullah SAW Ini

Cara bertoleransi, menghargai, dan menghormati umat agama lain adalah dengan bergaul dan berinteraksi dengan baik dalam masalah-masalah keduniaan. Bersama membangun negeri, mencapai kemaslahatan dalam bermasyarakat, dan menjaga kerukunan antarumat beragama. 

Akan tetapi, dalam perkara aqidah dan ritual peribadatan, umat Islam tidak boleh mencampuradukkan agama Islam dengan agama lain. Juga tidak boleh ikut-ikutan ritual dan kegiatan peribadatan agama lain. Seperti dalam firman Allah SWT.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS Al-Kafirun Ayat 6) 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement