REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hubungan intim yang sah dan halal dalam Islam adalah bagi suami-istri saja. Ternyata dalam kacamata agama dan sains, terdapat sejumlah fungsi dan manfaat bagi suami-istri jika melakukan hubungan intim.
Endy Estiwara dalam buku Fikih Kedokteran Kontemporer menjelaskan, berhubungan intim secara halal memiliki banyak manfaat. Syekh Abdullah Al-Bassam, misalnya, berpendapat:
1. Hubungan intim dapat menciptakan kesenangan dan kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada laki-laki dan perempuan
2. Hubungan intim dalam pernikahan pun menjadi pencegah bagi kemaluan seseorang terjatuh dalam perbuatan zina.
Maka dijelaskan, hubungan intim dalam pernikahan itu sejatinya adalah medium untuk menundukkan pandangan, dan memelihara diri menjauhi perbuatan-perbuatan haram
Sebab setiap anggota tubuh dan indra manusia memiliki zina, yang mana kesemuanya dapat dibuktikan atau didustakan kemaluan. Untuk itu sudah jelas kiranya, manfaat dan faedah berhubungan intim dalam rumah tangga sebagaimana yang ditekankan dalam syariat
3. Hubungan intim antara suami dengan istri juga merupakan metode alami yang dipersiapkan dan ditujukkan Allah SWT untuk tujuan regenerasi, pemeliharaan ras manusia, dan pemakmuran bumi
Dia sesuai dengan watak manusia dan kesenangan insani guna merealisasikan tuntutan psikologis serta instring alami. Sehingga apapun yang menyimpang darinya, maka berbenturan dengan watak tersebut
4. Hubungan intim dalam rumah tangga dapat menjadi sarana yang paling efektif dalam memelihara keberlangsungan mahligai rumah tangga.
Tidak diragukan bahwa tersingkapnya aurat bagi selain suami-istri itu hukumnya haram, dapat menyebabkan keretakan dalam rumah tangga juga haram.
Allah SWT sangat keras dalam menjaga nasab (keturunan) dan melaknat rang yang menghubungkan nasab kepada selain ayahnya. Dia juga melarang pria mengaliri ‘ladang’ milik pria lain dengan cairan spermanya.
Hubungan intim antara suami-istri juga dapat diartikan sebagai ekspresi cinta yang aktif dan bersifat mutual dari keduanya.
Dia merupakan indikasi praktis tentang kecenderungan dan orientasi jiwa antara yang satu dengan yang lain.
Makna inilah yang digunakan para ulama untuk menafsirkan firman Allah SWT dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 129.
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۚ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
Yang artinya, “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cinta), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang."
Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar
Dalam perspektif sains
Para ahli medis dan sains berpendapat bahwa lapar terbagi menjadi dua macam. Yakni lapar perut yang distimulasi dengan adanya keinginan bertahan hidup dalam tubuh, dan kedua adalah lapar seksual yang distimulasi oleh harapan terhadap kelangsungan hidup dan adanya keturunan.
Kedua insting lapar tersebut sama bernilainya karena merupakan ilham Allah SWT untuk memelihara kelestarian dan keberlangsungan ras manusia. Pemuasan lapar seksual tidak bisa tercapai kecuali melalui hubungan seksual.
Dijelaskan bahwa tidak ada satu pun bentuk interaksi yang bisa menggantikan daya tarik seksual di antara suami-istri. Hubungan intim merupakan satu-satunya interaksi yang bisa menyatukan dua hati, menyatukan dua orientasi, dan menguatkan kesalingpemahaman, dan kerja sama.