REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti sekaligus kolumnis di Middle East Monitor Usman Butt menulis sebuah artikel resensi tentang sejarah sufi di Baghdad pada Abad Pertengahan. Buku yang diresensi berjudul Sufis in Medieval Baghdad karya Atta Muhammad.
Menurutnya, Atta Muhammad menguraikan Baghdad pada abad pertengahan adalah salah satu tempat di mana terdapat ruang publik. Pada abad ke-11, gerakan sufi menonjol di masyarakat.
Peran para sufi Bagdad yaitu dalam bidang agama, sosial dan politik yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat awam. Tokoh sufi ini berusaha memenuhi berbagai kebutuhan keagamaan, spiritual dan material. Kebutuhan masyarakat umum melalui lembaga amal ribat atau pondok sufi.
Pondok-pondok ini bukan satu-satunya lembaga publik yang ada, namun mereka termasuk yang paling menonjol, terutama pada masa dinasti Seljuk dan Ayyubiyah. Orang kaya dan miskin diasosiasikan dengan pondok-pondok ini dan mereka menyediakan ruang bersama di mana para elite, cendekiawan, sufi, pedagang, dan masyarakat umum dapat berkumpul.
Menariknya, meskipun banyak lembaga amal dan sufi didirikan dan didanai oleh kaum elite, cukup banyak juga yang didanai dan didirikan oleh masyarakat umum. Mereka menawarkan berbagai kegiatan amal dan menjadi inti kehidupan publik di Baghdad. Salah satu kontribusi terhadap perluasan ruang publik dalam masyarakat Islam adalah melalui inisiatif pendidikan.
Dua jenis lembaga pendidikan sufi...