REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (PRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan bahwa sejak Januari hingga 18 Oktober 2023 ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia. Beberapa kasus bunuh diri dilakukan oleh remaja atau mahasiswa. Komisi PRK MUI menegaskan bahwa fenomena bunuh diri di Indonesia perlu perhatian serius.
Wakil Ketua Komisi PRK MUI, Prof Zahrotun Nihayah menyampaikan, beberapa hal yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah anak-anaknya melakukan tindakan bunuh diri. Di antaranya, orang tua harus menanamkan pendidikan agama sejak dini kepada anak-anaknya.
"Orang tua harus menjadi teladan atau uswah hasanah bagi anak dan anggota keluarga," kata Prof Nihayah kepada Republika, Jumat (15/12/2023)
Prof Nihayah menambahkan, orang tua juga harus mengembangkan nilai-nilai positif pada anak. Memfasilitasi dan membangun rasa aman dan nyaman dalam keluarga. Mengusahakan dan melakukan komunikasi efektif di antara anggota keluarga.
Hal yang tidak kalah penting, dikatakan dia, orang tua harus mendorong dan memfasilitasi anaknya agar menerapkan pola hidup seimbang dan sehat. Termasuk di dalamnya makan, tidur, olahraga, dan rekreasi.
"Orang tua juga harus selalu siap mendampingi anak, (orang tua harus bisa berperan) sebagai orang tua, guru dan sahabat (bagi anak-anaknya)," ujar Prof Nihayah.
Prof Nihayah menambahkan, orang tua juga harus mendorong anak agar berkegiatan yang positif bersama keluarga dan teman sebayanya. Orang tua harus memperhatikan suasana hati dan emosi anak dengan baik. Serta perhatikan perubahan mood, kesedihan, kemurungan pada anak yang tidak seperti biasa.
"Orang tua harus bisa ajak anak-anak untuk diskusi, menyampaikan masalahnya dan kesulitannya (yang dihadapi anak-anaknya), serta bagaimana solusi terbaik penyelesaiannya," jelas Prof Nihayah.
Faktor Penyebab Bunuh Diri
Prof Nihayah mengatakan, faktor penyebab bunuh diri di antaranya adalah stres dan depresi. Jika kasus bunuh diri dialami remaja, kemungkinan karena konsep diri yang salah, yang membuat individu tidak berharga, tidak diinginkan dan merasa tidak ada yang mengasihinya.
Ia menjelaskan, faktor lain dari penyebab bunuh diri adalah kesepian, perasaan menjadi beban, tidak terpenuhinya sebuah keinginan, dan putus asa.
Untuk mencegah bunuh diri, Prof Nihayah mengatakan, harus menghentikan stigma, kenali tanda peringatan bunuh diri, adakan pendekatan dan memahami situasi dan kondisi sebagai tanda, konsultasi dan minta bantuan ahli atau profesional, dan interaksi dengan lingkungan yang positif.
"Strategi pendekatannya memperkuat dukungan ekonomi, menciptakan lingkungan yang protektif dengan mengurangi akses pada tempat bagi orang yang berisiko bunuh diri, menciptakan budaya kerja dan organisasi yang sehat, meningkatkan akses perawatan bagi korban percobaan bunuh diri, mempromosikan koneksi yang sehat, mengajarkan keterampilan pemecahan masalah yang baik," ujar Prof Nihayah.