REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Marapi di Sumatera Barat erupsi. Dalam kacamata Islam, apakah ini disebut dengan musibah?
Adapun klasifikasi musibah, menurut KH Cholil Nafis, terbagi menjadi dua perkara. Pertama adalah musibah yang tidak bisa dihindari. Musibah jenis ini merupakan ketetapan Allah dengan maksud-maksud tertentu ketika menurunkannya. Contoh musibah ini antara lain gunung meletus dan juga tsunami.
Sedangkan musibah yang kedua adalah musibah yang bersumber dari manusia (ulah manusia). Musibah jenis ini sejatinya dapat ditangkal atau dihindari, namun menurut Kiai Cholil, karena manusia enggan memperbaikinya maka musibah tersebut terus terjadi.
“Misalnya banjir dan longsor, ini ada intervensi besar dari manusia,” kata Kiai Cholil kepada Republika, Senin (4/12/2023).
Intervensi serta kontribusi manusia dalam merusak alam merupakan salah satu pemicu jenis musibah ini. Tak hanya itu, musibah yang sesungguhnya bisa dihindari ini, harus menjadi perenungan dan muhasabah bagi siapapun manusia yang tertimpa.
Apabila musibah datang, maka agama memerintahkan umat Muslim untuk bersabar. Namun begitu, sabar saja tidak cukup. Perlu ada langkah perbaikan alias mengevaluasi diri.
“Barangkali perilaku hidup kita jorok, suka buang sampah sembarangan. Bisa jadi tata kelola airnya belum sempurna, atau bisa jadi karena diri kita terlalu banyak dosa, maka Allah beri teguran,” ujarnya.
Beliau menjabarkan dalam musibah banjir yang terjadi misalnya, manusia harus dapat bermuhasabah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan. Adapun dosa, bukan hanya dosa yang dilakukan manusia lantaran tidak patuh dalam menjalankan ibadah, namun juga terdapat dosa yang terjadi lantaran perlakuan zalim kepada alam.