REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan warga dan pejuang Palestina gugur sebagai syuhada dalam berjihad melawan penjajahan zionis Israel. Sejatinya, mereka mendapatkan kemuliaan dan derajat tinggi di sisi Allah.
Bahkan, Allah ta'ala menampakkan di antara tanda-tanda penghormatan dan kemuliaan yang diberikan pada para syuhada Palestina dengan menjadikan jasad mereka memunculkan wangi yang sangat harum dan raut wajah yang tersenyum gembira. Subhanallah. Setelah wafat, lalu apa yang terjadi dengan roh-roh para syuhada selanjutnya di akhirat?
Ada satu riwayat yang cukup panjang yang menjelaskan keadaan roh para mujahid di akhirat. Riwayat ini dari Abu Abdullah Al Husain bin Husain bin Harb sahabatnya Ibnu Mubarak yang meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab ar Raqiq yang disandarkan kepada Abdullah bin Umar.
Dijelaskan bahwa ketika seorang hamba Allah mati syahid di jalan Allah, maka tetesan darah pertama yang menetes ke tanah menjadi kaffarah (penghapus dosa) baginya. Kemudian Allah mengangkat roh para syuhada itu ke langit bersama para malaikat.
ثم يعرج مع الملائكة كأنه معهم ، والملائكة على أرجاء السماء يقولون: قد جاءت روح من الأرض ، روح طيبة ، و نسمة طيبة فلا يمر بباب إلا فتح لها ، ولا ملك إلا صلى عليها ، ودعا لها ، ويشيعها حتى يؤتي بها الرحمن ، فيقولون : يا ربنا هذا عبدك توفيته فيسجد قبل الملائكة ،
Artinya: Kemudian dia (roh mujahid) itu naik bersama malaikat seakan-akan dia bersama mereka, dan para malaikat yang berada di atas langit berkata: Telah datang roh dari bumi, roh yang baik, maka tidak ada pintu langit yang dilewati kecuali dibukakan bagi roh mujahid itu, dan tidaklah para malaikat yang berada di setiap pintu langit kecuali bersholawat atas roh mujahid itu, dan mendoakan roh mujahid itu, dan mengiringnya hingga roh mujahid itu bertemu dengan Allah Yang Maha Pengasih. Maka berkatalah para malaikat itu, Ya Tuhan kami, inilah hamba-Mu yang telah Engkau wafatkan dia di jalan-Mu, maka bersujudlah roh mujahid itu sebelum para malaikat bersujud. (Lihat kitab At Tadzkirah karya Imam Qurthubi, penerbit Maktabah Darul Minhaj, halaman 364).
Lebih lanjut dijelaskan...