REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Penaklukan dua kekuatan besar yaitu Persia dan Romawi oleh pasukan Muslim merupakan peristiwa yang spektakuler. Ini terjadi setelah pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Pada 636 M ia mengambil kebijakan yang berani yaitu menaklukkan dua kekuatan besar yaitu Persia di Timur dan Romawi di Barat.
“Umar bin Khattab memberangkatkan 46 ribu pasukan untuk menghadapi 300 ribu pasukan Byzantium (Romawi) di Yarmuk. Meskipun secara jumlah tidak seimbang, namun pasukan Muslim berhasil memenangkan peperangan,” (Karimatul Amali dalam buku Dua Permata Islam, penerbit Laksana 1, 2021, halaman 75).
Pasukan Romawi Timur yang dipimpin oleh Theodore Sacellarius dikalahkan oleh pasukan Muslim di luar Emesa. Lalu, pasukan Muslim bertemu dengan komandan Romawi Timur lainnya, Baanes, di lembah sungai Yarmuk. Kedua pasukan itu berkonfrontasi secara besar-besaran pada 20 Agustus 636. Sebagai hasilnya, seluruh Suriah dikuasai oleh kaum Muslimin. Damaskus direbut oleh kaum Muslimin dalam waktu sebulan, dan Yerusalem pun jatuh tidak lama kemudian. Kaisar Heraklius ketika mendengar bencana ini, ia meninggalkan Antiokia dan memusatkan pasukannya untuk mempertahankan Mesir.
Tak lama berselang berselang dari kemenangan di Yarmuk, Suriah dijadikan basis untuk rencana ekspansi penaklukan Mesir dengan Amr bin Ash sebagai pemimpin perangnya. Ekspansi ini pun berhasil sehingga Mesir dan sebagian Persia berada di bawah kekuasaan umat Islam. Sa'ad bin Abi Waqqash yang diperintahkan Amirul Mukminin untuk menaklukkan Persia berhasil dengan kemenangan gemilang pada perang Qadisiyah, sehingga kendali Kerajaan Sassaniyah di Persia Barat lepas secara permanen. Tidak cukup di situ, Amirul Mukminin memerintahkan untuk menginvasi penuh Kerajaan Sassaniyah dan ini berhasil diwujudkan pada tahun 644.
Sebenarnya tentang kemenangan pasukan Muslim atas Romawi dan Persia telah disebutkan jauh-jauh hari oleh Rasulullah SAW. Sebelum Wafat, Rasulullah SAW menginformasikan kepada para sahabat tentang kemenangan yang akan diraih oleh pasukan Muslim yaitu dengan menaklukan Romawi dan Persia.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan mengenai kehancuran kerajaan yang dipimpin oleh Kisra dan Kaisar.
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ سَمِعَ جَرِيرًا عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا هَلَكَ كِسْرَى فَلَا كِسْرَى بَعْدَهُ وَإِذَا هَلَكَ قَيْصَرُ فَلَا قَيْصَرَ بَعْدَهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُنْفَقَنَّ كُنُوزُهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya: Telah bercerita kepada kami [Ishaq] dia mendengar Jarir dari 'Abdul Malik dari Jabir bin Samrah r.a berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Jika Kisra (Raja Persia) binasa maka tidak akan ada lagi Kisra lain sesudahnya dan jika Qaishar (Raja Romawi) binasa maka tidak akan ada lagi Qaishar lain sesudahnya. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengambil perbendaharaan kekayaan keduanya (sebagai ghanimah) di jalan Allah". (HR. Bukhari )
Kisra merupakan sebutan bagi raja Kekaisaran Persia, sedangkan Kaisar adalah sebutan bagi raja-raja dari Kerajaan Romawi, negeri Syam dan Al-Jazirah. Kedua sebutan ini diberikan oleh bangsa Arab. Penaklukan Kekaisaran Persia diawali pada masa kekhalifahan dengan kepemimpinan Umar bin Khattab. Pada masa ini, wilayah Kekaisaran Persia mulai direbut. Kekuasaan Kisra berakhir pada masa pemerintahan Utsman bin 'Affan pada tahun 32 Hijriah. Pada tahun ini, kekuasaan Kisra berakhir bersama dengan kematiannya.
Ibnu Katsir dalam kitab An Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir Az Zaman yang diterjemahkan Ansori Umar S dan Imron Hasan dalam Huru Hara Hari Kiamat yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar pada 2002 menjelaskan bahwa apa yang diisyaratkan oleh nabi Muhammad SAW sebagaimana hadits tersebut benar-benar terjadi, persis seperti yang nabi kabarkan. Pada masa Abu Bakar, Umar dan Utsman kekuasaan Kaisar, yang waktu itu bernama Heraklius, tersingkir dari Syam dan seluruh jazirah Arab. Kekuasaannya kemudian hanya terbatas di Romawi saja.
“Orang Arab memang biasa menyebut kaisar kepada siapa saja yang menjadi penguasa Romawi berikut Syam dan jazirah. Hadits ini merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi penduduk Syam, bahwa kekuasaan Romawi tidak akan kembali ke negeri itu buat selama-lamanya sampai hari Kiamat. Adapun Kisra, sebagian besar kekuasaannya lepas pada masa Umar bin Khattab dan habis sama sekali pada masa Utsman bin Affan. Ada pula pendapat yang mengatakan pada 32 H,” (Huru Hara Hari Kiamat, penerbit Pustaka Al Kautsar, 2002, halaman 6).
Raja Kisra juga pernah merobek-robek surat yang dikirim oleh Rasulullah. Waktu itu, nabi Muhammad SAW juga berdoa agar kerajaan Persia yang dipimpin Kisra hancur lebur. Ternyata doa itu menjadi kenyataan.