REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah membawa banyak sekali hikmah yang menghasilkan peradaban. Lantas di luar Makkah, apakah dakwah Nabi hanya sampai di Madinah saja?
Kisah mengenai Nabi Muhammad SAW tidak selalu diwarnai dengan kisah-kisah peperangan semata. Nabi SAW justru lebih memiliki banyak kesempatan memikirkan dakwah yang sebenarnya menjadi misi dakwah beliau guna menyebarkan pesan damai sebagai agama yang rahmatan lil-alamin.
Sejak itulah Nabi SAW mulai berkonsentrasi memikirkan penyebaran dakwah ke seluruh penjuru dunia. Dakwahnya pun tidak hanya terkonsentrasi di Makkah. Dalam buku Islam Agama Perdamaian karya Ustadz Ahmad Sarwat dijelaskan, setidaknya terdapat delapan naskah surat yang Nabi SAW kirimkan kepada para raja dan penguasa dunia yang berisi ajakan masuk Islam.
Yakni, kepada Kaisar Heraklius di Romawi, Raja Muqauqis di Mesir, Kisra di Persia, Raja Naasyi di Habasyah, Al-Mundzir bin Sawi sebagai penguasa di Bahrain, Haudzah bin Ali yang menjadi penguasa Yamamah, Al-Haris bin Abi Syamr yakni penguasa Damaskus, serta Jayfar yang merupakan Raja Oman.
Dari semua surat itu, yang menerima ajakan dakwah Nabi hingga masuk Islam hanya satu yaitu Raja An-Najasyi yang berkuasa di Habasyah. Sedangkan yang lain, menerima ajakan dengan baik namun tidak atau belum siap masuk Islam.
Bukti bahwa surat Nabi Muhammad SAW diterima dengan baik adalah adanya balasan surat yang mereka kirimkan balik kepada Nabi disertai dengan hadiah-hadiah. Salah satunya hadiah dari Raja Muqawqis di Mesir, berupa dua orang budak wanita yang mahal harganya di Mesir sebagai hadiah persahabatan, yaitu yang bernama Maria Al-Qibthiyah dan Sirin.
Inilah mengapa di antara ciri ajaran Islam ialah bersifat universal, yaitu mencakup semua manusia di dunia, tidak dibatas lautan maupun batasan suatu negara. Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat as-Saba ayat 28:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” Dalam ayat lain dijelaskan:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
””Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya: 107).
Oleh karena itu, pada periode Makkah, Nabi Muhammad SAW masih memfokuskan dakwahnya mengenai tauhid pada khususnya dan akidah pada umumnya. Ayat-ayat Alquran yang turun menyeru manusia dengan ungkapan "Ya ayyuhan Naas"(Hai sekalian manusia). Misalnya dalam firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang- orang yang sebelummu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah 21). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ
“Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu. Maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.” (QS An-Nisa: 170).
Baca juga: Syekh Isa, Relawan Daarul Quran di Gaza Syahid Sekeluarga dan Kisah Putri Dambaannya
Pada ayat-ayat tersebut Allah SWT menyeru semua manusia agar menyembah Allah SWT dan memercayai rasul-Nya, Muhammad SAW, yang membawa kebenaran Islam. Dalam seruan itu terkandung pengertian bahwa ajaran Islam itu bukan saja ditujukan kepada orang Arab saja, tetapi untuk semua umat manusia di mana pun berada, dan apa pun suku, warna kulit dan bangsanya.