REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kerinduan terhadap akhirat boleh jadi dipicu oleh rindunya seorang hamba kepada Allah SWT. Hikmah di balik kerinduan terhadap akhirat pun menjadi hal yang menarik untuk disimak.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Isra ayat 19, “Wa man araadal Aakhirata wa sa'aa lahaa sa'yahaa wa huwa mu'minun fa ulaaa'ika kaana sa'yuhum mashkuuraa.”
Yang artinya, “Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
Syekh Al Izz bin Abdus Salam dalam kitab Syajaratul Maarif mengatakan, kerinduan pada akhirat akan menjadi sarana untuk senantiasa berusaha menggapainya. Dan kemauan untuk melakukan amal shalih akan menjadi sarana yang mengantarkan untuk melakukannya.
Adapun yang dimaksud dengan ikhlas adalah hendaknya semua ketaatan tidak dilakukan kecuali hanya karena Allah dengan perasaan takut, penuh harap, cinta, malu, penuh penghormatan. Sehingga, hikmah merindukan akhirat adalah hadirnya ikhtiar untuk senantiasa menjauhkan diri dari larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Orang yang merindukan akhirat, maka sudah pasti ia merindukan Allah SWt. Rasulullah SAW bersabda, “Man ahabba ila liqaa-allah ahabballah liqa-ahu.” Yang artinya, “Barang siapa yang merindu untuk bertemu dengan Allah maka Allah akan rindu untuk bertemu dengan-Nya.”
Sehingga barang siapa yang kondisi ruhaninya baik di sisi Allah, maka dia akan rindu berjumpa dengan-Nya. Sebab orang yang demikian senantiasa mengharapkan rahmat Allah. Sedangkan barang siapa yang rusak kondisi ruhaninya di sisi Tuhannya maka dia akan segan untuk bertemu dengan-Nya karena dia takut akan siksa-Nya.
Kerinduan terhadap Allah akan menjadi sarana yang akan mengantarkan seorang yang beriman untuk melakukan semua usaha yang membuat Allah ridha.