Rabu 22 Nov 2023 20:30 WIB

Apakah Siksa Kubur Berlangsung Berkelanjutan? Ini Penjelaskan Ibnu Qayyim

Manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur. Foto:  Kuburan (ilustrasi)
Foto: ksacc.com
Manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur. Foto: Kuburan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setelah meninggal dunia, seluruh umat manusia maka akan memasuki alam kubur. Di alam barzakh ini, manusia yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan siksa kubur yang berat.

Namun, apakah siksa kubur tersebut berlangsung secara terus menerus?

Baca Juga

“Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwasanya siksa kubur ada dua jenis,” kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dikutip dari buku berjudul “Rahasia Ruh dan Kematian” terbitan Turos Pustaka.

1. Siksa Kubur yang berkelanjutan

Ibnu Qayyim menjelaskan, siksa kubur yang berkelanjutan adalah semua jenis siksa selain yang disebutkan di dalam hadits-hadits tertentu yang menyatakan bahwa siksa yang diringankan dari para penghuni kubur di antara nafkhatain (Dua tiupan sangkakala).

Ketika para penghuni kubur itu dibangkitkan dari dalam kuburan, Allah SWT berfirman:

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Artinya: “Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).” (QS Yasin [36]: 56).

Dalil yang menunjukkan berkelanjutannya siksa kubur diantaranya adalah Firman Allah SWT:

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚوَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۗ اَدْخِلُوْٓا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ

Artinya: “Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!” (QS Ghafir [40]: 46).

Dalil lain yang menunjukkan berkesinambungannya siksa kubur adalah hadis-hadis yang sudah disampaikan pada bagian terdahulu, yang diriwayatkan dari Samurah dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai mimpi Rasulullah SAW. Di dalam hadis-hadis itu disebutkan. “…… orang itu diperlakukan seperti itu sampai Hari Kiamat.”

2. Sika Kubur yang Sementara

Ibnu Qayyim menjelaskan, siksa kubur yang bersifat sementara adalah siksa kubur yang terjadi sampai waktu tertentu lalu berhenti. Contohnya yaitu siksaan yang ditimpakan terhadap sebagian pemaksiat yang kejahatan mereka ringan.

Menurut Ibnu Qayyim, mereka akan disiksa sesuai dengan kadar kejahatan mereka, lalu siksa itu akan diringankan bagi mereka. Seperti ketika siksa dilakukan di dalam api selama beberapa lama, lalu siksa itu dihilangkan dari orang yang bersangkutan

“Mngkin pula siksa yang ditimpakan kepada seseorang menjadi terhenti berkat doa, sedekah, istighfar, pahala haji, atau bacaan tertentu yang sampai kepadanya dari karib kerabatnya atau orang lain,” jelas Ibnu Qayyim.

Hal ini sama seperti ketika seorang pemberi pertolongan (syafaat) memberikan pertolongan kepada orang yang disiksa di dunia sehingga orang tersebut selamat dari siksa berkat pertolongan orang tersebut.

Akan tetapi, menurut Ibnu Qayyim, syafaat seperti ini dapat terjadi tanpa adanya perkenan dari orang yang diberi pertolongan. “Adapun Allah SWT tidak pernah ada seorangpun yang mengajukan pertolongan syafaat di hadapan-Nya, kecuali hanya setelah adanya izin dari-Nya,” kata dia.

Menurut dia, Allah lah yang memberi izin bagi pemberi pertolongan (syafi’) untuk memberi pertolongan jika Dia berkenan untuk mengasihi orang yang diberi pertolongan tersebut.

Karena itu, Ibnu Qayyim mengingatkan kepada umat Islam agar tidak terperdaya dengan yang selain itu. Karena, selain itu merupakan kesyirikan dan kebatilan yang Allah SWT mustahil melakukannya.

Allah SWT berfirman:

مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ

Artinya: “Tiada yang dapat memberi syafaat dari sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (QS Al-Baqarah [2]: 255).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement