Senin 20 Nov 2023 20:53 WIB

Pengkhianatan Yahudi Bani Qurayzhah Saat Perang Khandaq Hingga Jibril Murka

Yahudi kerap mengkhianati sebuah perjanjian.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel sepakat dengan Hamas untuk gencatan senjata. Namun Israel kembali mengkhianati kesepakatan ini dan kembali menyerang RS Indonesia di Gaza.

Sikap khianat orang-orang Yahudi ini pula sering terjadi masa Rasulullah. Kaum Yahudi yakni Bani Qurayzhah mengkhianati perjanjian damai dalam piagam Madinah ketika Perang Khandaq disebut juga perang Ahzab berlangsung. 

Baca Juga

Tak hanya membuat umat Islam marah, bahkan malaikat Jibril pun mengutuk mereka. Dikutip dari Buku Pintar Sejarah Islam tulisan  Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Shaleh menyebut pasukan musyrik Makkah dipimpin Abu Sufyan, Bani Fuzarah dari suku Ghathfan dipimpin 'Uyaynah ibn Hashan, Bani Murrah dipimpin Harits ibn Awf, dan Bani Asyja dipimpin Mis'ar ibn Ruhaylah.

Bani Kinanah, Bani Tihamah, dan Bani Najd juga ikut ambil bagian hingga jumlah mereka mencapai 10 ribu prajurit. Semuanya bergerak menuju Madinah untuk membinasakan umat Islam. 

Tetapi, setibanya di Madinah mereka dikejutkan oleh parit, ide orang Persia yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Mereka tak mampu melewati parit, merasa gagal, dan putus asa. Bila ada yang mencoba melewatinya, ia pasti mati seketika.

Waktu itu, prajurit muslim berjumlah tiga ribu. Kalangan perempuan, anak-anak, dan orang-orang lemah diungsikan Nabi di benteng milik Bani Haritsah hingga situasi aman dari musuh.

Meskipun parit dapat melindungi umat Islam dari serangan musuh, kesulitan tetap datang. Mereka ditimpa rasa takut, disertai cuaca sangat dingin dan kelaparan. Al-Quran menggambarkannya dengan, Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatanmu terpana dan hati menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. 

Di situlah diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan hatinya dengan guncangan yang dahsyat (Al-Ahzab  ayat 10-11).

Di tengah situasi sulit dan mencekam, tersiar kabar pengkhianatan Bani Qurayzhah. Bagi umat Islam, kabar ini seperti petir.

Keikutsertaan Bani Qurayzhah dalam perang Ahzab membongkar kedengkian kaum Yahudi terhadap umat Islam. Mereka melanggar perjanjian dan berkhianat untuk selalu bersama Nabi di situasi sesulit apa pun. 

Mereka mencoba membinasakan seluruh umat Islam setelah bersekutu dengan pasukan Quraisy dan Ghathfan.

Tak lama sesudah Nabi kembali dari Perang Ahzab dan meletakkan senjata, Jibril datang menemui beliau. "Apakah engkau sudah meletakkan senjatamu, Rasulullah?" kata Jibril. "Ya," jawab Nabi. Jibril berkata lagi, "Tapi, para malaikat belum meletakkan senjatanya. Sungguh, Allah memerintahkanmu untuk mendatangi Bani Qurayzhah. Aku ingin sekali mengguncang mereka!" Nabi segera menyuruh seseorang untuk berseru, "Siapa pun yang patuh dan taat, jangan melaksanakan shalat asar kecuali setelah tiba di perkampungan Bani Qurayzhah." 

Nabi menunjuk Umm Maktum sebagai pengganti beliau di Madinah, menunjuk Ali ibn Abi Thalib sebagai pembawa panji dan menyuruhnya berjalan paling depan supaya Yahudi Bani Qurayzhah dapat melihatnya. 

Setibanya di tempat tujuan, pasukan muslim langsung mengepung Yahudi Bani Qurayzhah selama 25 hari. Mereka diterpa kekalutan dan akhirnya menyerah tunduk di bawah keputusan hukum Nabi. 

Namun, mereka ingin agar yang memberi keputusan hukum adalah Sa'd ibn Mu'adz. Mereka beralasan, Sa'd mungkin akan bersikap lunak terhadap mereka karena adanya kesepakatan persekutuan antara mereka dan suku Sa'd, Aus.

Dengan ditandu, Sa'd ibn Mu'adz datang. Lengannya masih terluka akibat terkena anak panah saat Perang Ahzab. Sa'd memutuskan semua orang yang ikut Perang Ahzab dari mereka harus dibunuh, anak cucu mereka menjadi tawanan, dan harta benda mereka dibagi (sebagai ghanimah). 

Nabi mengomentari keputusan Sa'd ini, "Sungguh, engkau telah memutuskan perkara mereka sesuai hukum Allah dari langit lapis tujuh. Hukuman mati dilaksanakan di Pasar Madinah. Lubang-lubang dibuat di sana, lalu mereka digiring masuk dan dibunuh secara bersamaan. Harta benda mereka dibagi sebagai ghanimah,

Sementara anak cucu mereka dijadikan tawanan. Hukuman ini sangat pantas bagi orang yang memisahkan diri dari barisan umat Islam. Itu sepadan dengan apa yang telah mereka perbuat. Dengan berkhianat, mereka menyerahkan nyawa orang-orang muslim untuk dibunuh, hartanya dirampas, dan keluarganya ditawan. Jadi, bila mereka dihukum mati, itu sudah sepantasnya dan sepadan.

Hilangnya Bani Qurayzhah membuat Madinah bersih dari keberadaan Yahudi dan hanya menjadi kota umat Islam. Unsur internal yang berbahaya sudah dilenyapkan, yang bisa membuat onar, tipu daya, dan persekongkolan jahat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement